Chapter 32 - Kepingan

1.1K 70 6
                                    

32. Kepingan

Karena kemarin acara fiting baju belum selesai, Jati dan juga Rembulan memulainya lagi pada hari ini.

Dibilang capek ya capek, Rembulan saja hampir menangis karena merasakan lelah beberapa hari ini. Sudah kerja, masih mengurus semuanya secara mandiri dengan Jati.

"Mas aku itu capek!" ujar Rembulan didalam mobil yang dikendarai Jati. Jati tersenyum dan mengulurkan tangannya mengusap kepala Rembulan.

"Berapa hari lagi coba sudah mau sah jadi suami istri? Tinggal besok dan lusa kita udah nikah, ingat." peringat Jati kepada Rembulan yang nampak berwajah lesu.

"Iya mas galak, tapi pengen aja istirahat satu hari buat siapin semuanya ...." balasnya dengan menarik tangan Jati dan menggenggamnya.

"Besok istirahat okey?" Jati tersenyum. Rembulan mengangguk.

Mobil Pajero sport putih sudah berhenti di salah satu butik yang dipegang oleh Ibu Lika. Tangan Jati masih digenggam oleh Rembulan dengan erat. Seakan-akan dirinya akan hilang detik itu juga.

"Dedek judes, keluar ayo! Nggak jadi fiting baju?" tanya Jati dengan meraih dagunya dan ditatapnya mata tajam itu.

"Pengen digendong, tapi malu yang keluar kalo digendong!" Jati tersenyum manis.

Kemudian ia melepas genggaman Rembulan darinya dan keluar dari mobil. Ia berlari kecil menuju sisi mobil.

Jati membelakangi Rembulan dan sedikit mundur. "Naik!" Rembulan mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Ah, malu ah mas!" tolak Rembulan dengan menggelengkan kepalanya. Jati membalikkan badanya.

Dugh!

"Awwshhh!"

"Ehh mas Jati kenapa? Makanya dilihat dong kalo didepannya itu ada si ini apa namanya lah?!" rentet Rembulan khawatir dengan mengusap kening Jati yang terhantuk mobil.

Jati meringis kesakitan, "Sayang sakit ...." adu Jati dengan nada kesakitan. Rembulan bertambah panik dengan kening Jati yang kian memerah. Lecet sedikit pula.

"Ke rumah sakit aja ya,  cepat aduh biar aku aja yang nyetir!" Rembulan ingin keluar dari mobil namun di hentikan oleh Jati.

"Nggak mau ke rumah sakit, maunya ... " ia menunjuk bibir Rembulan dan menunjuk kening miliknya sendiri.

Mata Rembulan merotasi. Ia mendengus kesal dengan permintaan Jati yang sangat sangat menyebalkan.

"Tutup matanya!" perintah Rembulan dan Jati langsung menurutinya. Rembulan gugup, dengan jarak sedekat itu. Rembulan merasakan hembusan nafas Jati yang menerpa wajahnya.

Cup.

Akhirnya ia mempunyai keberanian untuk mencium kening calon suaminya itu. Kekehan kecil keluar dari bibir Jati.

Ia membuka matanya, "Pasti besok udah sembuh!" Rembulan ikut terkekeh dengan ucapan yang dilontarkan Jati.

"Jadi gendong nggak nih?" Jati menatap Rembulan yang masih menunduk karena malu.

"Jadi, tap—" ucapannya terpenggal karena Rembulan yang sudah digendong oleh Jati.

"Tapi apa? Malu hm?" sejak kapan Jati menjadi romantis begini? Padahal ia itu adalah sosok galak dan menyebalkan.

Rembulan diam dan pasrah. Orang orang disekitar Butik itu sedikit histeris karena Jati yang gagah menggendong seoarang gadis, yang tak lain adalah calon istrinya sendiri.

Rembulan mengalungkan tangannya dileher Jati. Ia menelusupkan wajahnya di dada Jati untuk menghindari tatapan dari orang. Sementara Jati tengah tertawa kecil karena sikap Rembulan yang begitu menggemaskan.

Tentangmu, Abdi Negaraku ( END - SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang