°DHARMAJATIKU°

278 13 0
                                    

Aaa kangen banget sama Mas Jati si sumpah!

Gimana sama kalian? Kangen Mas Jati nggak?! Wkwk

Sesuai janji yang waktu ono noh, mau kasih part teruwu-uwu yang malah ke skip spoiler cetak dan kawan-kawan.

Siap menyaksikan uwu dengan bumbu boncabe level 30?

Alasiapp pastinya dongs!

Bagus lagi, kalau kalian baca part ini sama dengerin lagu yang lagi trend.

'Kezia - Aku Masih Memikirkanmu'.

***

Berulang kali, Mas Jati menangis saat kata 'sah' terdengar dari semua saksi yang melihat langsung tata cara pernikahan kami. Rasanya, bahagia dan haru saat melihat tetesan air mata yang jatuh dari matanya. Akupun sama, aku menangis saat kita sudah sah menjadi suami istri yang nantinya akan membina rumah tangga kita sendiri.

Suka dukanya, indahnya, bahagianya, serta hangatnya pernikahan tanpa ada kata 'pacaran' karena ini hasil Dari sayembara yang memang hatinya jatuh kesana.

"Dek, mas bangga punya kamu. Mas bangga banget!" aku meminta restunya dengan cara 'sungkem' kepada Mas Jati. Itu diluar tata cara pernikahan, karena aku hanya ingin meminta restunya.

"Jadi istri yang sholehah ya dek. Jadi bundanya anak-anak yang penuh kasih sayang, jadi penyeimbangku, jadi makmum yang ikut kebenaran imamnya." aku menangis sesenggukan saat Mas Jati memberi beberapa nasihat yang sangat berfungsi saat menjalin keluarga bersamanya nanti.

"Mas sayang banget sama kamu dek, jangan pernah tinggalin mas."

Aku langsung memeluk tubuh gagah Mas Jati, sesekali mengusap air mataku yang luruh.

"Beruntung banget mas aku punya suami kaya kamu. Terimakasih ya allah, sepuluh tahunku terbayar dengan kehadiran Mas Jati yang begitu istimewa."

***

"Cantikku?" laki-laki itu membuka pintu kamar dan berjalan ke ruang apapun mencari Rembulan.

"Sayang?" nadanya begitu terdengar manja saat Rembulan berteriak bahwa dirinya ada di dapur. Laki-laki itu langsung menyusul dan menemukan istri tercintanya.

Jati memeluk Rembulan dari belakang, lalu mencium pipinya sekilas.

"Cantik sekali istriku ini!"

Rembulan tertawa kecil, Dan membalas kecupan singkat tepat di dagu suaminya. Jati malu, ia tersenyum tidak jelas dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher istrinya.

"Astaghfirullah, mas geli!" serum Rembulan dengan mencubit perut kotak suaminya.

"I love you pokoknya!"

Seusai memasak, Rembulan menyajikannya di meja makan rumah dinasnya. Ia mengambilkan nasi, serta lauk pauk untuk Jati yang membuat sang suami tersenyum tipis.

Entah mengapa, rasa sayangnya kepada Rembulan melebihi rasa sayangnya kepada diri sendiri. "Dek?"

Rembulan menengok sebentar, lalu berdehem. "Kenapa mas?"

"Duduk ya? Mas bisa ambil sendiri kok makannya. Kamu istirahat, jangan terlalu capek." Rembulan menggelengkan kepalanya, tetap mengambilkan nasi untuk suaminya.

"Udah tanggung jawab istri kan mas, ngurus suaminya?" Jati mengangguk lalu menggenggam tangan istrinya.

"Ngebantah omongan suami juga nggak boleh lho dek. Nurut kalo mas bilang ini itu." perempuan itu menghela nafasnya pelan, lalu duduk di samping Jati.

"Mas, tapi kayaknya masakan aku nggak asin, hambar gitu. Soalnya gak ada garam sama bumbu lain, cuma gula sama micin tadi." Jati memasukkan makanan hasil masakan istrinya ke dalam mulut satu sendok, lalu ia merasakannya.

Tak lama kemudian, wajah Jati berubah sedikit. "Nggak enak ya mas? Maaf, aku belum-"

"Enak banget!" tidak ada raut kebohongan yang Rembulan lihat di wajah suaminya.

"Mas suka yang kaya gini dek, apa adanya." satu tetes air matanya turun ke pipi, membuat Jati kelimpungan.

Jati langsung memeluknya, membuat tangis Rembulan menjadi. "Cup, kenapa nangis loh?"

"Aku takut nggak bisa jadi istri dan ibu yang baik buat keluarga kita nanti." Jati mencium puncak kepala istrinya penuh kasih sayang, membuat kenyamanan Rembulan memeluk erat tubuh atletis itu meningkat.

"Kamu itu lebih dari semua itu dek. Kamu bisa, kamu mampu, bahkan kamu juga pintar. Pasti anak kita nanti bangga punya ibu yang kuat dan pintar kaya kamu. Jadi, ada aku disini kenapa kamu takut?"

***

Rembulan berhenti saat Jati membukakan pintu mobil yang ingin ia naiki. Jati tersenyum tipis, lalu menatap lekat wajahnya membuat detak jantungnya berpacu cepat.

Ia masuk, tak lupa Jati menyentuh bagian atas pintu agar kepala istrinya tidak terbentur.

"Mas, jangan berlebihan kaya gitu!" Jati terkekeh.

"Kamu digigit semut aja mas nggak rela dek, apalagi kejeduk pintu mobil." jawab Jati santai lalu menutup pintu pelan agar istrinya tidak terkejut.

"Mas, beruntung banget aku dapat kamu."

"Hei cantik! Kok ngelamun?" Rembulan tersadar dari lamunanya lalu terkekeh kecil.

"Soalnya kamu ganteng banget, aku jadi sayang banget sama kamu!" Jati tersenyum, lalu memdekatkan wajahnya.

"Kamu lebih dari cantik dek, mas yang seharusnya ngomong gitu ke kamu." pipinya pasti memerah karena mendengar jawaban dari suaminya.

"Sini mas pakein seatbelt nya." Jati mulai memasangkan sabuk pengaman, saat Rembulan mengangguk menyetujuinya.

"Siap bepergian, nona?"

"Jangan lupa baca doa dulu ya!"

***

Gimana? Cukup uwu wkwk?

Dah ah baybay, kalo mau exchap lagi komen ya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentangmu, Abdi Negaraku ( END - SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang