Chapter 37 - Pengen

1.3K 79 0
                                    

37. Pengen

Pukul 03.45 Rembulan bangun dan segera untuk mandi. Ia menengok ke arah Jati sekilas dan mengucek matanya berulang kali.

Ia mengusap kepala Jati dan mencium keningnya sekal. Ia pun bangkit dan menuju kamar mandi. Namun tangannya ditahan oleh Jati.

"Mau kemana?" paraunya dengan mata yang masih tertutup. Rembulan membalikkan badanya, "Mau mandi, terus masak nanti aku bangunin kalo udah shubuh ya?" Jati melengkungkan bibirnya ke bawah.

"Nanti aja yang mandi sama masak, tidur bentar lagi sini!" pinta Jati manja. Rembulan menghembuskan nafasnya pelan dan duduk menghadap Jati.

"Kalo nanti, yang ada mas malah bangun siang!" Rembulan melepas cekalan tangan Jati dan mengusap kepalanya.

"Yaudah deh, tapi cium dulu." manja Jati dengan membuka matanya sedikit. Gadis itu tersenyum. "Cium mulu ih!" kekehnya dengan mencium pipi Jati.

"Biarin!" balas Jati dengan kembali menutup matanya untuk tidur.

.

Mandi serta yang lainnya sudah Rembulan lakukan. Ia menyisir rambutnya di hadapan cermin dan menengok menatap jam dinding, sudah pukul 4.20 sekarang.

Rembulan bangkit dan mendekati Jati yang masih pulas di atas tempat tidur. Rembulan mengusap pipi Jati lembut.

"Mas bangun, udah mau shubuh loh ...." Rembulan terus mengusap pipi Jati. Namun, laki-laki itu hanya menggumam tak jelas.

"Mas Jati?" serunya sekali lagi dengan mengguncangkan bahu Jati. "Bangun, udah mau shubuh!"

Jati menggeliat diatas kasurnya dan mengucek mata beberapa kali. Ia membuka sedikit demi sedikit matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke maniknya.

"Jam berapa sih?" tanya Jati dengan merubah posisinya menjadi duduk. "Empat dua puluh." tunjuknya kepada arah jam dinding.

"Wudhu sana! Habis itu ke masjid." perintah Rembulan dengan tersenyum manis.

Cup.

Jati mencium kening Rembulan dan berlalu dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

"Masih bau iler aja pake cium-cium segala!" celoteh Rembulan dengan merapikan tempat tidurnya.

.

"Assalamualaikum!" salam Jati dan juga Rembulan saat memasuki rumah. Mereka pulang dari masjid untuk sholat shubuh berjamaah tadi.

"Waalaikumsalam." jawab kakek dan nenek di tempat yang berbeda. Kakek yang ada di ruang tamu, dan nenek yang ada di dapur untuk memasak.

Mereka masuk ke dalam rumah dengan menyalami kakek yang asik menonton wayang yang belum habis dari tadi malam itu.

Mereka memasuki kamar dan melipat perlengkapan sholat masing-masing. "Aku pergi dulu ya?"

"Mau kemana?" tanya Rembulan, "Jogging, mau ikut?" Rembulan menggeleng pelan.

"Kalo aku ikut jogging siapa yang masak di rumah? Nenek nanti ke pasar juga." Rembulan meletakkan mukena yang tadi ia lipat ke atas kasur.

Rembulan menyalami tangan Jati. "Berangkat dulu ya?"

"Hati-hati, di sekitar sini kalo pagi suka banyak kowad, matanya dijaga!" peringat Rembulan tajam.

Jati tertawa sumbang. "Khawatir amat sih, ya kali mau naksir, aku mah ingat yang ada di rumah menanti!" Rembulan melirik Jati sinis.

"Awas aja!"

Jati pun tertawa dan menjauh dari Rembulan yang masih uring-uringan karena ulahnya. Setelah Jati pergi, dirinya keluar dari kamar dan menuju dapur untuk memasak.

Tentangmu, Abdi Negaraku ( END - SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang