Chapter 10 - Marah?

1.4K 92 2
                                    

10. Marah?

"Jadi gitu ceritanya?" Harum manggut-manggut mendengar Penjelasan Rembulan dengan sesenggukan sedari tadi.

"Gue harus gimana?" tanya Rembulan dengan mengusap ujung hidungnya yang merah. Harum berfikir dengan matang, agar kakak satunya ini tidak pernah merasakan sakit hati lagi.

"Solusinya cuma satu!" Rembulan menatap Harum sungguh-sungguh.

"Lupain cowok, kalaupun ada yang benar-benar sayang sama kakak, lihat aja yang ayah lakuin ke mereka!" ia tersenyum miring.

"Emang apa?" Harum memberikan jari telunjuknya dan menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri.

"Ra. Ha. Si. Aaa ...." ia melenggang pergi dengan kekehan bodohnya.

"DASAR TERMOS CAP COSMOS!!"

°°°

Seperti biasa, dirinya berangkat menggunakan mobil civic hitam kesayangannya. Disepanjang perjalanan, hanya nada lagu yang mengalun ditelinganya.

2 minggu sudah ia bekerja seperti biasa setelah insiden ia jatuh di trotoar karena racauannya. Ia sudah bekerja seperti biasa, dan mengemban tugas sebagaimana dokter lakukan.

Apa kabar Mas Bayu? Batinnya dengan mengingat wajah tampannya.

Dia udah makan belum ya?

Belum lan, sono kasih makan dulu!

Mandi belum ya?

Belom! Sono mandiin!

"Ah apaan sih?!" seperti ada setan di atasnya. Ia menepis bayangan itu jauh jauh.

Sampainya di Rumah Sakit, ia memarkirakan mobilnya dengan manis dan rapi. Ia segera mengambil tas dan ponselnya.

Ia segera keluar dan menuju gedung rumah sakit.

"Dokter! Dokter!!" panggil seseorang yang mengejutkannya. Rembulan menyisir dadanya pelan dan mengembuskan nafasnya.

"Ngagetin aja sih sus!" Rembulan mendengus kesal. Pagi-pagi udah dapet bom aja.

"Maaf dok, tapi ini penting dok. Pasien bernama Bintang tiba-tiba meminta untuk pulang dok!" ia masih menyimak perkataan suster itu.

"Pihak rumah sakit belum memperbolehkan dia pulang, tapi pasien malah mengamuk dan melepas infus sampai punggung tangannya sobek." kali ini, Rembulan benar-benar khawatir. Entah itu rasa apa yang ada di dalam hatinya.

"Ruang mana?" tanya Rembulan dengan nada tenang, namun dibaliknya terdapat rasa khawatir.

"Seperti biasa dok!"

.

.

.

.

.

.

.

"APASIH?! SAYA MAU PULANG! GAK BETAH SAYA ADA DISINI!"

Tentangmu, Abdi Negaraku ( END - SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang