Chapter 35 - Mau Bulan Madu?

1.6K 94 0
                                    

35. Mau Bulan Madu?

Malam hari ini, mereka menginap di hotel. Rembulan pun masih berdiam diri dengan melepas setiap riasan yang menempel di kepala serta wajahnya.

Jati menghampiri Rembulan setelah selesai mandi. Tidak ada kata gugup diantara mereka, yang ada hampir bertengkar waktu berebut kamar mandi.

Jati duduk di samping Rembulan. "Ngapain disitu? Bantuin lepas nih!" ketus Rembulan.

"Masih aja ya judes-judesnya?!" Jati pun terkekeh dan membantu Rembulan untuk melepas riasannya.

"Kalo nggak judes nanti mas bosen!" Rembulan pun tertawa sumbang kala ia melawak tapi tidak lucu.

Aneh!

"Dih, belum mandi aja banyak gaya!" Rembulan membalikkan badannya dan mendongak menatap Jati. "Tapi kan wangi nih!" tunjuknya di hadapan Jati.

Cup!

"Oh iya ya? Masih wangi!" godanya setelah mencium bibir Rembulan sekilas. "Hmm, mengambil kesempatan dalam kesempitan!" Rembulan menyipitkan matanya dan menatap Jati horor.

"Enggak apa-apa dong! Udah sah juga." Jati terkekeh. "Iya kan, tapi ijin dulu kek apa kek, main nyosor aja kaya bebek!" Rembulan kembali melepas semua riasannya.

"Iya deh, nanti ijin dulu!" Jati dengan memeluk pinggang Rembulan dan menelisipkan wajahnya di lekuk leher Rembulan.

"Buka dong jilbabnya!" ucap Jati manja. Rembulan memelototkan matanya. Jantungnya berdebar kencang kala Jati meminta untuk membuka jilbabnya.

"Kalo nolak dosa nggak sih?!" Rembulan masih tetap melepas riasannya.

"Dosa!" Jati terus memeluk Rembulan. Ia sangat posesif dengan apa yang sekarang menjadi miliknya.

"Halah sok tahu!" kekehnya dengan meletakkan micellar water dari genggamannya.

"Sholat yuk, udah isya tuh!" ajak Rembulan untuk sholat. "Cium dulu!" pintanya dengan menunjuk bibirnya.

"Besok!" ia ingin melepas tangan Jati namun pelukan Jati kelewat erat. "Mas Jati ...." lirihnya.

"Enggak mau, pokoknya cium dulu!" Rembulan mendengus kesal. Detik berikutnya, ia mencium bibir Jati sekilas. Namun kepalanya di tahan oleh Jati dan bibirnya tetap bersentuhan.

Manik Jati menatap manik Rembulan dengan sorot teduh. Jati melepas ciumannya dan menatap Rembulan yang sudah malu.

"Cie malu?"

"Tenang aja, belum waktunya!" Rembulan menabok Jati karena pikirannya kesana-kemari tidak jelas.

Mereka pun melaksanakan sholat isya. Rembulan mengambil mukena dan langsung memakainya. Jati pun sama. Ia mengambil sarungnya dan peci.

.

Sholat 4 rakaat sudah ia lakukan bersama Jati. Jati dan Rembulan pun duduk berhadapan dengan alquran berada di ditengah tengahnya.

"Mas Jati!" panggilnya. "Apa?" Jati menopang dagunya dengan tangan.

"Bacain surat Ar Rahman." pintanya dengan mengikuti gaya Jati. Menopang dagu dan menatap Jati.

"Boleh, tapi nanti kamu bacain saya surat Ar Rahman juga!" Rembulan mengangguk. Setelahnya, ia menatap Jati tajam "Apa?"

"Saya-saya lagi!" Rembulan mendengus kesal. Jati terkekeh.

Cup.

Jati mencium sekilas kening Rembulan. "Maafnya pake cium!" Rembulan dan Jati sama sama terkekeh.

Tentangmu, Abdi Negaraku ( END - SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang