°MENUA°

1K 73 17
                                    

Sudah 45 tahun, kisah ini terjalin.
Suka, duka, bahagia, canda, tawa, dan semuanya sudah aku lewati bersama orang-orang yang aku sayangi.

Usia, yang sudah menginjak 69 tahun ini, sudah mulai rapuh dan keropos.

Pundak yang semula kokoh, kini mulai lemah tanpa kekuatan.

Kaki yang semula berjalan cepat, kini mulai berjalan lambat, dan hampir jatuh ke bumi.

Mata yang semula tajam, kini berubah sayu dan penuh derai air mata.

Flashback on.

"Happy birthday, ayah!"

"Happy birthday, ayah!"

"Happy birthday, happy birthday!"

"Happy birthday, ayah!"

Dua gadis cilik yang masih berusia 7 tahun, dan satu anak lelaki yang berusia 12 tahun itu mengucapkan selamat ulang tahun kepada ayahnya.

Usia, yang ke 39 tahun.

Laki-laki dengan seragam hijau pupus itu menatap tiga anaknya dengan mata berkaca-kaca.

"Happy birthday, ayah!" laki-laki itu memeluk ketiga anaknya dengan erat.

"Anak-anak ayah udah pada besar, jadi anak baik ya?"

Wanita yang sudah memegang kue ulang tahun bertema tentara itu tersenyum hangat. Usianya masih 36 tahun, namun wajahnya belum berkeriput sedikitpun.

"Ayah," panggil wanita itu dengan lembut. Laki-laki yang merasa dipanggil 'Ayah' itu melepas pelukannya dengan anak-anak, lalu berdiri tegap.

"Barakallahu fii umrik," perempuan di hadapannya mencium pipi laki-laki itu sekilas.

Flashback off

Hei!

Pria gagah itu sudah bersama yang lain! Bukan bersamamu.

Ikhlaskan, hatimu tidak perlu perih kembali.

Tidak ada lagi kasih sayang darinya, tidak ada lagi sentuhan di kepala, tidak ada lagi genggaman erat ditangannya, tidak ada lagi pelukan hangat, dan bahkan tidak ada lagi senyuman yang membius hatinya.

Semuanya musnah,

Semuanya pupus,

Semuanya bahkan tidak ada lagi yang perlu dijelaskan.

Tuhan, terimakasih karena telah memberi luka sedalam ini. Aku, sudah kehilangan apa yang sangat aku sayangi.

Laki-laki yang sangat aku sayangi, gugur dalam bertugas.

Pertumpahan darah, di hari paling spesial bagi suaminya.

Aku hilang kendali, hingga pada akhirnya aku melukai diri ku sendiri.

Tapi aku ingat, jika laki-laki itu tidak menyukai jika aku menangis, dan aku melukai diriku sendiri.

Tapi maaf,

Aku tidak mendengar ucapanmu.

"Jangan sekali-kali, kamu lukai diri kamu sendiri,"

"Jangan nangis, aku nggak suka kamu nangis,"

"I love you, tiga ribu, kembaliannya tujuh ribu, ya?"

Tawaku pecah. Ucapan itu sangat membekas di dalam memori ingatanku.

Terimakasih, selama ini. Aku menyayangimu lebih dari apa yang kamu tau.

Satu tetes darah, menetas di lembaran terakhir, dan langsung wanita paruh baya itu tutup.

Biarlah darah itu membekas. Pertanda, jika penyakitnya semakin membuat dirinya cepat menyusul laki-laki yang ia cintai.

"Mas Jati," isaknya saat ia menatap foto pernikahan yang sudah berumur itu.

Genap satu bulan, suaminya meninggalkan dirinya. Untuk selama-lamanya.

"Uti," panggil seseorang yang mampu membuatnya berhenti menangis.

Para cucunya mendekatinya. "Hidung uti berdarah, Lala ambil tissue dulu ya?"

2 cucu kembar laki-laki dari Rafi.

2 cucu perempuan dari Raya.

"Bunda, bunda kenapa?" Anak keduanya masuk ke dalam kamar dengan tergesa. Perempuan itu berjongkok dan menatap bundanya.

Ia menggeleng.

"Bunda pamit,"

Hisssss, ini menuntaskan keinginan aku yang pengen up TAN😭
.
Yang dikit-dikit nangis angkat tangan dong wkwk

Tentangmu, Abdi Negaraku ( END - SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang