🌚 Prolog

3.9K 185 9
                                    

⭐⭐

Malam yang penuh taburan bintang berkelap-kelip bak kunang-kunang malam dan juga  cantiknya bulan purnama menambah kesan indah di malam yang gelap gulita.

Di sebuah kamar yang hanya mengandalkan cahaya rembulan sebagai lampunya, seorang wanita terduduk di tepi ranjang yang ditaburi kelopak bunga mawar yang dibentuk lambang cinta. Dia menatapnya jijik, tidak pernah terpikir olehnya malam ini akan menjadi malam panjangnya. Dan tidak pernah ada dalam pikirannya, laki-laki yang akan mengahabiskan malam ini atau bahkan malam-malam di sisa hidupnya adalah musuh bebuyutannya saat SMA.

Bulan Aurora Baskara. Nama lengkap wanita 24 tahun yang berprofesi sebagai manajer keuangan. Wajah juteknya seringkali membuat orang-orang yang baru mengenalnya enggan untuk bertatap muka. Tak sedikit juga yang menjauhinya bahkan memusuhinya karena sifatnya yang ketus dan terkesan galak. Akan tetapi, di balik semua itu, Bulan adalah gadis yang baik dan peduli.

Bagi sebagian besar wanita yang baru saja menikah pasti sangat mendambakan kemewahan dan keindahan kamar pengantin. Apalagi dengan taburan bunga mawar dan cahaya yang remang-remang seperti ini. Tapi bagi Bulan, semua ini gak ada artinya. Dia benar-benar muak melihat keindahan seperti ini.

Suara pintu terbuka disusul dengan seorang laki-laki tegap berbalut jas hitam yang muncul dari balik pintu. Dia terlihat cool dan menawan. Bulan memutar bola mata malas sebelum menyembulkan smirk di bibirnya.

"Welcome to the hell Bintang Wijaya Kesuma," batinnya dengan senyum miring terpatri di wajah ayunya.

Laki-laki itu menatap lembut ke arah Bulan. "Lo cantik, Lan," ucapnya setelah berada tepat di hadapan rivalnya saat SMA itu.

Di bawah sinar rembulan, Bulan memang tampak sangat  cantik bahkan lebih cantik dari rembulan itu sendiri. Dengan gaun pengantin dan riasan naturalnya, Bulan memang terlihat berbeda.

"Gue tau gue cantik," bangga Bulan dengan senyum miringnya.

"Tapi boong! Hahaha," lanjut Bintang yang berhasil melunturkan senyum bangga wanita itu.

"Lo tidur di luar! Pergi sana!" usir Bulan yang kesal sambil melempar bantal pada Bintang yang masih tertawa ngakak.

Bintang menghentikkan tawanya saat mendapat lemparan bantal. "Loh, gak bisa gitu dong! Ini kan malam pertama kita, masa gue gak dapet jatah dari lo!" sungutnya sebal.

"Gak ada jatah-jatahan, cepet pergi dari sini atau gue potong burung lo!" ancam Bulan yang langsung membuat nyali Bintang menciut.

"Dasar si Bulan, ancemannya itu loh. Ngeri. Kalau anu gue di potong terus gue masukinnya pakek apa? Pakek pisang?" batin Bintang bergidik ngeri.

Bintang pun keluar dari kamar seraya memeluk bantal dengan muka kesal sambil memegangi selakangannya. Gawat kalau sampai Bulan nekat melakukan ancamannya. Bintang masih sayang pada anak ayamnya.

Malam semakin larut, tamu yang tadi hadir di pesta pernikahan mereka sudah pulang. Keluarga mereka juga sudah mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Sementara Bintang, laki-laki itu berjalan seperti orang hilang menyusuri lorong hotel yang sepi. Dia pergi ke kamar orang tuanya, berkali-kali Bintang mengetuk pintu namun tak kunjung terbuka. Dengan muka lesu, Bintang turun lewat lift ke lobi hotel, berharap mba-mba penjaga hotelnya belum tidur.

Tapi Na'as, lobi hotel telah sepi. Dia lupa kalau hotel ini telah disewa keluarganya untuk mengadakan pesta pernikahannya.

Sial.

Bintang menarik napas berat. Apes sekali malam pertamanya. Ia pun duduk di sebuah sofa panjang di lobi hotel lalu membaringkan tubuhnya di sana. Sungguh malang nasibnya, jika bagi orang lain malam pertama adalah malam yang panjang lagi indah. Berbeda dengan malam pertamanya yang suram lagi gelap. Harusnya saat ini dia tengah tidur dengan memeluk istrinya, sedangkan sekarang dia tidur dengan memeluk tubuhnya sendiri. Sad.

Bintang tidak mengerti dengan jalan hidupnya yang seperti roler coaster . Selalu ada kejutan tiba-tiba, contohnya seperti saat ini. Tiba-tiba saja dia menikah dengan gadis dingin dan galak yang dulu menjadi korban kejahilannya. Bukan karena dendam Bintang sering menjahili Bulan, tapi karena ada kesenangan tersendiri saat dia melihat wajah merah kesal Bulan yang begitu lucu baginya. Mata Bulan yang bulat bening, serasa akan melompat saat dia berteriak marah-marah.

Hal yang paling tidak bisa dia lupakan dari masa SMAnya adalah saat dia mengerjai Bulan dengan meletakkan saos ke bangkunya, hingga saat Bulan duduk roknya akan tercetak jelas noda saos yang menyerupai noda datang bulan. Atau saat Bintang sengaja menggeledah tas Bulan dan menemukan harta karunnya yang bersayap, membawanya berlari keliling kelas membuat Bulan mengejarnya sambil terus menyumpah serapahinya.

Ah, sungguh indah masa SMAnya. Karena Bulan masa SMAnya lebih berwarna.

***

Sedangkan di kamar pengantin, Bulan tidak bisa tidur lantaran memikirkan Bintang. Dia kelewatan nggak sih sama Bintang? Tapi biarin aja deh, itu hukuman yang pantes buat Bintang.

Ini semua gara-gara mamanya. Coba saja kalau mamanya enggak menjodohkan dia sama Bintang. Mamanya gak tau saja gimana kelakuan absurd titisan alien itu.

Bintang adalah laki-laki paling menyebalkan yang pernah Bulan kenal. Bagaimana tidak, dulu saat SMA bagi Bintang tiada hari tanpa menjahili Bulan. Bintang sangat bahagia saat mampu membuat Bulan teriak-teriak marah, apalagi wajahnya  berubah memerah saat dia dalam mode kesal yang amat sangat.

Hal itu membuat Bulan sangat membenci Bintang. Sifat usil Bintang ditambah mulutnya yang mirip petasan membuatnya tidak betah satu kelas sama Bintang. Pernah sekali Bulan mengajukan pindah kelas kepada guru, tapi sayangnya Bintang yang adalah anak pemilik sekolah yang membuat guru-guru bahkan kepala sekolah tidak menerima permintaan Bulan. Bahkan dia sempat meminta pindah sekolah pada orangtuanya, tapi mereka menolaknya. Mereka seperti sengaja mendekatkan Bintang dan Bulan.

Dan itu semua sekarang telah terjawab, saat mamanya meminta dia untuk menerima perjodohannya dengan Bintang. Bulan beranjak dari tempat tidur menuju jendela kamar. Wajah dinginnya menatap rembulan malam yang begitu cantik. Rembulan itu di kelilingi begitu banyak bintang yang menemaninnya melewati malam yang dingin. Dia jadi teringat akan dia dan Bintang. Mengapa nama mereka bisa sepasang dan begitu terikat seperti ini? Seperti takdir memang ingin menyatukan mereka.

Dia tidak percaya jika saat ini dirinya telah menjalin sebuah hubungan serius dengan Bintang. Dia yang tidak pernah percaya akan sebuah hubungan karena masa lalunya. Masa lalu yang mengubahnya menjadi gadis dingin dan galak. Sama seperti rembulan yang seakan menyembunyikan berbagai hal di balik cahaya malamnya, begitu pun Bulan dengan sejuta rahasianya.

Bagi dirinya mengikat hubungan dengan seorang laki-laki hanya akan menyakiti dirinya sendiri. Dia benci saat laki-laki berkata, "Iki cinti simi kimi" preetlah! Apalagi yang namanya pacaran, heleh cuma modusnya laki-laki saja yang pengen pegang-pegang gratisan. Cowok gak modal.

Ditambah hubungan yang putus nyambung, dikira karet nasi padang yang putus bisa disambung lagi. Bulan sangat anti dengan hubungan seperti itu. Buang-buang waktu dan energi. Mending waktunya buat nonton anime Naruto favoritnya.

Belum dimulai saja Bulan udah stres memikirkan seperti apa kehidupannya setelah menikah dengan cowok paling gak jelas macam Bintang. Otaknya saja tidak ada, bagaimana dia bisa menghabiskan hidup dengan orang macam itu? Apakah di kehidupannya yang dulu dia membuat kesalahan, sehingga Tuhan menghukumnya di kehidupan sekarang? Kenapa harus Bintang hukumannya? Dia benar-benar bisa darah tinggi atau langsung terkena serangan jantung saat itu juga jika setiap hari meladeni Bintang yang pandai menyuarakan pendapat anehnya itu.

Bulan menyudahi otaknya untuk memikirkan makhluk titisan alien itu, dia kembali menuju ranjang untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Mengisi energi untuk melalui hari esok yang sudah dipastikan lebih berat dari masa ospeknya dulu.

⭐⭐

Jangan lupa tinggalkan jejak.
Karena vote dan komen itu geratis.
Happy reading.

Salam Sayang❣️

My Cold Wife (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang