Suara tapal kuda itu memecah keheningan dengan cambukannya yang juga sesekali terdengar ditengah hutan belantara dengan pepohonan rindang, duri yang sesekali muncul dan ditebas begitu cepat oleh para pelayan yang menggunakan pakaian berjas buntut dibelakangnya—Topi berwarna merah yang menandakan, pelayan itu bertugas di bagian depan kencana.
Langit berwarna abu begitu sendu, angin yang berhembus menggoyangkan dedaunan berwarna abu- abu dan juga coklat disana, bercampur pada satu dahan dan terkadang berubah menjadi hitam—Tapakan kuda itu berwarna coklat gelap, begitu kering, hampir retak walaupun tak udara begitu dingin, sedikit mengigil setiap bulannya, tahun nya bahkan setiap hembusan nafas.
Kereta kencana itu memperlambat lajunya ketika menemukan seorang pengembala dengan tubuh kecil, hampir setinggi tanaman perdu tengah menunggu ternak yang bahkan lebih besar dari nya, menyebrang melewati jalanan yang harusnya telah di kosongkan sejak tadi pagi—Hal itu membuat tatapan pengguna topi merah itu menajam seolah marah.
"Yinoh, Nikxu!" (Cepat, Perdu!)
Pria bertopi merah berucap sedikit marah, membuat pria setinggi tanaman perdu itu mempercepat hewan berbulu domba namun memiliki tubuh sebesar sapi—Krawn. Hewan besar dengan bulu hangat itu mempercepat langkahnya ketika tepukan mengenai bokong yang tertutup bulu disana, mempercepat hingga pria setinggi perdu itu berhenti menghalangi lajunya kencana.
Kuda dengan tapal kuat itu kembali menapakkannya diatas tanah, menyusuri jalanan yang cukup besar untuk dilalui dua kencana dengan langit yang semakin lama semakin gelap, seiring dengan menanjaknya jalanan, tertutup oleh pepohonan yang semakin menutupi pandangan serta kabut disana. Padahal, raja cahaya itu masih berada diatas langit.
Kencana itu memasuki melewati gerbang yang begitu tinggi berwarna hitam begitu mengkilap hingga menghalau dedaunan yang telah merunduk dan tak pernah ada yang berani menebang—Kabut semakin tebal diatas jalanan dengan dedaunan kering yang berjatuhan membentuk permadani diantara pohon rindangnya.
Sebelum akhirnya, setitik cahaya menyapa beserta angin kencang dan juga sebuah istana yang begitu megah berwarna coklat muda disana—Begitu mewah dengan pilar yang menjadi penyangga nya begitu tinggi—Sebuah jam yang bertengger di bawah lonceng besar setelah menara kerucut diatasnya.
Empat lapangan terbuka diatas istana itu terlihat begitu megah, dengan beberapa bangun yang seolah menjadi satu dan kemudian disambungkan dengan sebuah jembatan megah menuju bangunan lainnya tanpa memiliki lonceng besar disana—Namun, tetap memiliki atap kerucut berwarna biru gelap.
Dan—Suara kereta kencana itu berhenti di depan sebuah pintu ganda yang terbuat dari kaca begitu megah setinggi 1500cm dari pijakan. Pintu kencana itu terbuka, memperlihatkan seorang pria dengan mahkota berwarna silver serta permata biru gelap yang menjadi hiasannya, membingkai rambut hitam yang cukup panjang serta wajah sedingin negeri miliknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ring Solar Eclipse [TAEKOOK]
Romance"He had the magic in his eyes, even the stars envied" Menyeramkan ketika aku yang datang ke tempat dimana hanya ada gelap dan dingin yang begitu menakutkan-begitu sepi sebelum mata kegelapan itu menyapa, menarik ku penuh penuh amarah. Namun, ketika...