9. Devon Pradana

470 34 1
                                    

"Mama."

Ara memanggil ibunya sambil menuruni anak tangga sambil memainkan ponselnya. Dia tidak sadar ada seseorang yang memperhatikannya sedari tadi. Karena Ara fokus dengan ponselnya.

Sampai tiba-tiba, dia mendongakkan kepalanya dan matanya bertemu dengan mata cokelat milik seseorang. Seseorang yang sudah lama tidak bertemu dengannya.

"Devon!!!!"

Ara segera berlari dan memeluk erat cowok itu. Dengan senang hati, Devon membalas pelukan Ara tak kalah erat.

Devon Pradana. Anak tunggal Deon Cristallion Pradana dan Maya Ferlinda Pradana. Umurnya lebih tua dari Ara tiga bulan. Karena waktu itu, saat Ara melahirkan, Maya hamil enam bulan.

"Kangen Devon!!!" teriak Ara sambil mendusel-duselkan kepalanya di leher Devon.

"Hehe... geli, Ara," ujar Devon.

"Dasar!" cibir Ale sambil memutar bola matanya malas.

Ara melepas pelukannya dan memainkan kedua pipi Devon dengan gemas. Wajah Devan itu imut dan lucu bagi Ara. Bukan Ara saja sih. Semua orang yang melihat wajah Devon pasti juga langsung dibuat gemas dengan Devon. Apalagi jika sedang manja, pasti akan membuatnya seperti anak kecil.

"Devon juga kangen sama Ara." Devon tersenyum sambil mengedipkan matanya lucu.

Chiko baru saja datang dan bergabung bersama di ruang keluarga. Dia menggeleng pelan melihat Ara dan Devon.

"Bapaknya sangar. Mantan ketua geng. Emaknya bar-bar. Jadinya anak kayak gini," celetuk Chiko sambil merangkul Chika.

Chika terkekeh sambil menepuk paham Chiko. "Ngaca dong! Ara juga beda dari kita," ujarnya yang membuat Chiko nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hei, Om! Jangan ngomongin Mama-Papa ya!" kesal Devon sambil berkacak pinggang. Tapi sayangnya, wajahnya itu malah terlihat lucu yang membuat Ara tertawa.

"Apaan sih bocah! Pulang sana!" usir Chiko sambil melengos.

"Huaaaa!! Ara! Devon diusir!" adunya sambil menangis. Ale langsung bangkit dari duduknya dan pergi karena pusing dengan tingkah Devon.

"Dasar bocah! Cengeng banget sih?!"

"Abang!" sentak Ara sambil memeluk Devon. "Papa juga ih. Jangan gitu dong. Ayo Devon, kita ke kamar ya. Kamu nginep sini kan?"

Devon mengangguk sambil menatap tajam Chiko. Lalu bangkit dari duduknya dan mengikuti langkah Ara menuju ke kamarnya.

***

Langit malam ini sangat gelap. Tidak ada bintang bertabur malam ini. Bulan pun memilih bersembunyi. Menyisakan kegelapan yang membuat malam semakin gelap. Tanpa sinar rembulan malam.

Sekitar pukul 11 malam, seorang cowok baru saja memasuki rumahnya setelah dia menaruh motornya di samping rumahnya.

Tepat saat itu juga, hujan turun langsung derasnya. Cowok itu menghembuskan napasnya lega karena dia tidak kehujanan tadi di jalan.

"Sagara!"

"Kamu kemana aja sih?! Bunda khawatir. Padahal kamu pulang kerja kan jam sembilan," ujar Mira sambil memegang kedua lengan Sagara.

"Kamu kenapa? Kenapa diam aja?" tanya Mira sambil menatap Sagara serius.

Sagara menggeleng. "Aku mau ke kamar ya Bun. Capek mau tidur," ujar Sagara.

"Mau Bunda buatkan teh hangat? Susu cokelat? Atau apa mungkin?" tawar Mira yang dibalas gelengan kepala oleh Sagara.

"Enggak Bun. Aku mau langsung tidur aja. Besok harus sekolah juga," ujar Sagara sambil tersenyum.

"Kamu nggak papa kan?" tanya Mira sambil mengelus lengan Sagara. "Bunda tau kamu nggak baik-baik aja kan? Kamu nggak bisa bohong, Sagara."

Sagara menunduk. "Kenapa nggak ada orang yang percaya lagi sama Sagara Bun?" tanya Sagara sambil memeluk ibunya.

Mira sudah menduga apa yang sedang menjadi masalah Sagara saat ini. Dia menepuk punggung anaknya dengan pelan.

"Bunda percaya sama kamu," ujar Mira. "Indah lagi? Kenapa hem?"

"Dia udah keluar dari rumah sakit Bun. Dan dia akan segera masuk sekolah lagi," ujar Sagara.

"Apa?" Mira melepas pelukannya dan menyuruh Sagara duduk. "Apa itu alasan kamu pindah?"

"Iya." Sagara berbohong. Padahal Ale yang menyuruhnya pindah sekolah. Dan Ale serta para sahabatnya membencinya juga.

"Semua masalah ada solusinya. Suatu saat nanti, kebenaran akan terungkap. Bunda akan selalu percaya sama kamu dan selalu mendukung kamu. Kamu yang sabar ya. Semua ada waktunya," ujar Mira sambil tersenyum.

Sagara tersenyum menatap ibunya. Ya, hanya ibunya yang dia punya saat ini. Dan hanya ibunya yang percaya padanya. Saat semua orang tidak mempercayainya.

"Selesaikan masalah kamu sama Indah dan juga sahabatmu itu, Ale kan namanya? Pelan-pelan."

"Indah udah benci banget kayaknya sama Sagara Bun," ujarnya sambil menghela napas pelan.

"Waktu. Hanya waktu yang akan menjawab semuanya, Sagara."

####

Hai semua! Berjumpa lagi hehe😂😂

Jangan lupa vote&comment!!!

Love you all💕💕💕

SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang