22. Hal Pertama

366 34 6
                                    

"Sagara. Kamu langsung berangkat kerja atau pulang dulu?" tanya Ara sambil menoleh ke samping. Saat ini mereka sudah sampai di parkiran.

"Pulang dulu bentar, habis itu langsung berangkat. Kenapa?" tanya Sagara sambil menyelipkan helain rambut Ara ke belakang telinga.

"Jangan capek-capek ya. Jangan lupa makan. Kan kamu malamnya kerja lagi. Aku pulang di jemput Abang kok. Kamu langsung pulang ya," ujar Ara mengingatkan.

Sagara tersenyum lebar. "Iya Ara-ku sayang."

Ara tersenyum malu. "Pulangnya jam berapa?" tanya Ara

"Jam 5," jawab Sagara gemas. Ingin rasanya dia menggigit pipi Ara yang memerah itu.

"Oh. Aku pulang dulu kalo gitu."

"Hati-hati." Sagara mengelus pipi Ara sekilas. Lalu Ara berbalik badan melangkah menjauh.

Saat Sagara akan menaiki motornya. Matanya tak sengaja menatap Bagas yang berdiri tak jauh darinya. Sagara menatap tajam Bagas.

Jelas saja tadi saat dia akan menghampiri Ara ke toilet, Sagara mendengar semua pembicaraan Ara dan Bagas tadi.

Bagas mendekati Sagara. Sedangkan, Sagara malah santai sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.

"Lo gak akan bisa jadi seperti Sagara-nya Ara," ujar Sagara. "Gue denger semuanya tadi, Bagas."

Bagas hanya diam saja dan menatap Sagara sambil berkata, "Sorry."

Sagara lalu mengambil helm-nya dan memakainya. Dia menaiki motornya dan menghidupkan mesinnya. Sebelum menancap gas, dia menoleh pada Bagas. "Santai aja."

Sagara langsung menancap gas agar dia cepat sampai rumah dan berangkat kerja.

***

Ara memasuki rumahnya dengan senyumannya seperti biasa. Dia menghampiri Chika yang sedang duduk santai sambil menikmati cokelat panas. Sedangkan, Ale di belakangnya.

"Assalamualaikum, Mama." Ara mencium punggung tangan Chika, begitu juga dengan Ale. Tapi Ale langsung kembali melangkah menuju ke kamarnya.

"Waalaikumsalam."

"Ma, nanti aku ijin mau keluar bentar ya," ujar Ara sambil duduk di samping Chika.

"Mau kemana?" tanya Chika. "Jam berapa?"

"Ketemu temen pokoknya. Jam setengah 5. Boleh kan?"

"Boleh. Kamu dianterin atau mau bawa mobil?"

"Naik ojek aja. Aku gak mau pake mobil."

"Kenapa? Kamu kan bisa naik mobil," ujar Chika sambil mengelus Rambut Ara.

"Gak papa. Hehe... aku ke kamar ya Ma."

"Iya."

Ara lalu berdiri dan melangkah untuk menuju ke kamarnya. Sesampainya di kamar, dia langsung mengganti pakaiannya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya.

Ara melirik jam dindingnya. "Em... masih lama. Masih ada waktu untuk siap-siap nanti," gumam Ara sambil memejamkan matanya.

Saat Ara terbangun, ternyata sekitar pukul empat lebih. Ara lalu mempersiapkan diri dan menuju ke bawah. Dia pergi menuju ke dapur dan mempersiapkan makanan untuk dia bawa kepada Sagara.

"Kok kayak gimana gitu ya bawain pacar makanan tapi udah sore. Em... bukannya seharusnya itu pagi, gitu," gumam Ara pelan.

"Kamu kenapa ngomong sendiri?" tanya Chika yang sudah ada di belakang Ara.

SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang