***
"Ara!"
"Gawat ini!" teriak Era yang tengah jongkok menatap motor matic-nya mogok. Dia sok melihat pemasahalan apa yang terjadi, padahal tidak bisa apa-apa.
Ara ikut jongkok sambil memegang helm-nya yang tidak dia lepas. "Gimana ini? Kita gak ngerti mesin lagi," keluh Ara.
"Kenapa pake mogok segala sih nih motor?!" kesal Era sambil bangkit dari jongkoknya dan menendang ban motornya.
"Gimana ini Ara? Udah sore. Nyesel deh gue tadi bawa motor ke sekolah dan ngajak lo juga. Kan kasihan lo," ujar Era.
"Loh, kenapa sih? Gak papa. Ayo kita dorong kesana. Kayaknya ada bengkel deh disana," tunjuk Ara. Namun sangat jauh bagi mereka, karena terlihat paling ujung.
"Jauh bangetttttt!!!"
"Emang mau sampe kapan kita disini? Makin sore loh?"
"Ayo udah!" ajak Ara sambil memegang setir. "Kamu dorong ya. Ayo pelan-pelan."
Era merasa tak enak sebenarnya kepada Ara. Tapi Ara selalu saja memaksanya dengan sikap lembutnya. Membuat Era menurut saja.
Keringat mereka bercucuran dan mereka bernapas lega saat sudah sampai di sebuah bengkel yang tidak terlalu besar. Hanya ada tiga orang lelaki yang sedang menunggu motornya selesai di service sepertinya.
"Hahhh!!!"
"Aduh!!! Capek banget!!!"
"Mas! Siapapun deh! Tolongin motor saya! Mogok ditengah jalan lagi! Haduh panasnya!!!!" teriak Era yang membuat ketiga lelaki itu menoleh dan juga kedua karyawan bengkel yang tengah menservis motor.
"Loh? Ara? Era?"
"Sagara?!" pekik Ara dan Era bersamaan saat melihat Sagara mengenakan seragam bengkel dan wajahnya penuh oli. Kedua tangannya masih memegang kunci.
"Kenapa motornya?" tanya Sagara. "Kalian tadi nggak langsung pulang?" tanya Sagara lagi.
"Mogok."
"Kita tadi nggak langsung pulang sih. Kita ke cafe dulu," lanjut Era.
"Oke. Sebentar, gue selesaiin ini dulu."
Beberapa saat kemudian, kedua lelaki tadi motornya sudah selesai dan hanya tinggal satu yang sedang dikerjakan oleh Pak Sapto.
"Gue haus! Gue beli minum bentar ya Ar." Era segera berlari menuju ke toko yang ada di seberang bengkel.
"Sagara? Jadi, kamu kerja di bengkel juga?" tanya Ara ikutan jongkok saat Sagara mengecek motor Era.
"Iya. Gue kerja paruh waktu." Sagara masih fokus dengan kegiatannya.
Ara terdiam sejenak. Lalu menatap Sagara dari samping. Wajahnya penuh keringat dan juga oli.
"Kamu nggak capek? Bukannya malamnya kamu harus kerja juga kan? Terus besoknya sekolah," ujar Ara yang membuat gerakan Sagara berhenti dan menoleh untuk menatap Ara.
Mata birunya menatap mata cokelat indah milik Ara. Membuatnya jatuh semakin dalam pada pesona Ara.
"Lo merhatiin gue?" tanya Sagara yang membuat Ara mengalihkan pandangannya.
"Eh? Enggak. Maksudnya tuh gini--"
"Iya. Gue tau kok maksud lo," potong Sagara sambil terkekeh.
"Huft!! Lega banget rasanya haus gue ilang!" ujar Era sambil menghempaskan bokongnya di kursi.
"Ara! Nih, minuman lo!" Era melempar botol minuman untuk Ara dan ditangkap baik oleh Ara.
"Makasih Er," ujar Ara.
Sagara bangkit dan masuk ke dalam. Mengambil oli dan mulai melakukan sesuatu yang tidak di mengerti oleh kedua gadis berseragam SMA itu.
"Punya motor tapi gak pernah diurusin! Gimana sih? Masa iya lo gak tau kalo oli-nya habis? Itu yang buat motor lo mogok. Kehabisan oli," ujar Sagara setelah selesai membereskan motor Era.
"Gue mana tau gituan. Gue aja baru pake nih motor setelah hampir beberapa bulan gak gue pake. Hehe..." Era nyengir lebar.
"Kalo terus-terusan kejadian kayak gini, motor lo bakalan turun mesin. Dan gampang rusak, bermasalah. Ya, walaupun gue yakin lo mampu beli yang baru, tapi kan harus tetep dijaga dan dirawat kan?" jelas Sagara.
"Oke-oke. Paham. Ya udah ya, gue mau bayar dulu kesana." Era pun melangkah menjauh karena dia harus membayar service motornya.
Ara mengambil sapu tangan berwarna biru dan dia berikan kepada Sagara. Sagara mengernyit sambil menatap Ara dan sapu tangan itu bergantian.
"Buat lap wajah kamu Sa. Kotor itu," ujar Ara yang langsung disambut senyuman lebar oleh Sagara.
Sagara menerima sapu tangan itu dan dia gunakan untuk mengelap wajahnya. "Makasih Ara."
"Sama-sama." Ara tersenyum. "Oh, ini buat kamu minum aja. Kayaknya kamu lagi haus," ujar Ara menyodorkan botol minuman yang belum dia minum.
"Enggak usah. Buat lo aja. Lo juga capek kan? Haus juga kan?"
Ara menggeleng. "Kamu jauh lebih capek, Sagara."
Sagara pun kembali menerimanya dan menegaknya sampai habis setengah. Gadis di depannya ini memang sungguh pengertian. Sagara semakin terpesona saja pada Ara.
"Ara." Sagara menatap Ara yang sedang memalingkan wajahnya.
"Apa?" Ara menatap mata biru yang indah milik Sagara.
"Kenapa?"
"Hah? Kenapa? Kenapa apanya?" Ara bingung dengan pertanyaan Sagara.
"Kenapa lo kayak gini ke gue? Jangan buat gue beneran suka dan jatuh cinta sama lo, Ara." Sagara menatap lekat mata cokelat Ara.
"Kamu apaan sih Sa," kekeh Ara sambil menepuk lengan Sagara pelan.
"Lo tau, perhatian kecil yang lo kasih ke gue itu Berefek besar buat gue. Juga buat gue berharap kalo lo punya perasaan sama gue. Ditambah lagi gue emang beneran kagum sama lo karena lo itu... baik, lemah lembut, dan berbeda dari cewek lain," ujar Sagara masih menatap mata Ara.
"Lo itu malaikat tanpa sayap yang tiba-tiba datang ke kehidupan gue. Sesuatu yang berhubungan dengan lo," tunjuk Sagara pada Ara. "Buat gue semakin jatuh, Ara."
#####
Jangan lupa vote&comment!!!!
Next???
Love you all💕💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagara
Jugendliteratur"SEQUEL CHIKA&CHIKO >> BISA DIBACA TERPISAH." Perjuangan seorang Sagara yang rela mengejar seorang gadis bernama Ara. Mata coklatnya yang indah. Kelembutan dan kebaikan gadis berhati malaikat itu yang membuat seorang Sagara Biru jatuh. Jatuh pada pe...