25. ILY

377 33 11
                                    

Khusus SagAra ini⬇😊❤

***

Sepulang sekolah, Sagara dan Ara memutuskan untuk mengelilingi kota. Karena Sagara juga santai. Dia sudah tidak bekerja lagi di bengkel. Ya, satu minggu yang lalu tepatnya.

"Saga. Lain kali kita pake sepeda aja. Lebih enak tau," ujar Ara tiba-tiba.

Sagara menoleh dengan kedua alis berkerut. "Jangan gila." Sagara meraup wajah Ara. "Siapa yang mau ngayuh sepeda buat keliling hah? Gila aja. Bisa patah kaki gue."

"Aku deh yang ngayuh nanti," kekeh Ara.

"Mau es krim?" tawar Sagara yang membuat Ara tersenyum senang dan mengangguk.

Sagara akhirnya meninggalkan Ara untuk membelikan es krim. Setelah itu dia kembali dan memberikan es krim kepada Ara.

Ara menoleh saat merasa Sagara terus memandangnya. Seketika Ara teringat pernyataan ayahnya satu minggu yang lalu.

"Sagara."

"Hem?"

"Mama-Papa sama Abang aku udah tau kalo aku punya pacar. Era yang kasih tau. Huft!"

"Hah?! Tau?! Terus? Maksud gue, apa lo ngasih tau nama gue?" tanya Sagara terkejut. Bagaimana jika Ale tahu?!

"Enggak."

Sagara bernapas lega.

"Papa pengen ketemu kamu. Katanya pengen kenal kamu," ujar Ara membuat mata Sagara membelalak.

"Hah?"

"Gue butuh waktu. Kalo gue udah siap, pasti bakal langsung ngadep calon mertua deh," kekeh Sagara akhirnya.

"Tapi Ra," jeda sejenak. Membuat Ara menunggu kelanjutan ucapan Sagara.

"Tapi apa Sa?" tanya Ara, karena Sagara diam saja.

"Jangan kasih tau dulu siapa gue. Gue yang akan memperkenankan diri nantinya, oke?" ujar Sagara sambil menggenggam tangan Ara.

Bisa kacau jika Ale sampai tahu. Sagara belum siap jika harus berhadapan dengan Ale. Bukannya takut, tapi Sagara yakin jika Ale tidak akan membiarkan Ara berpacaran dengannya. Dan Sagara tidak bisa melakukan itu.

"Ara." Sagara mengelus pipi Ara dengan lembut. Ara menautkan kedua alisnya.

"Hem?"

"Kenapa lo mau sama gue Ra?" tanya Sagara setelah beberapa detik terdiam.

Ara mengerutkan keningnya. "Maksud kamu?"

"Kenapa lo mau pacaran sama gue? Kenapa lo nggak nolak gue aja? Apa yang lo harepin dari cowok kayak gue yang gak punya apa-apa ini?" tanya Sagara, membuat Ara langsung memalingkan wajahnya.

Ara menghembuskan napasnya sambil menunduk, mengayunkan kakinya yang terbalut sepatu sekolahnya. Tidak menjawab pertanyaan Sagara.

Sagara menatap Ara dari samping.

"Kenapa kamu tanya yang jawabannya kamu sudah tau?" Ara tidak menoleh. "Karena aku cinta kamu," lanjut Ara masih tidak menoleh.

"Jangan suka ngerendahin diri, Sagara. Aku menerima kamu apa adanya. Mencintaimu tanpa syarat. Aku cuma ingin bahagia sama pilihan hati aku, dan itu kamu. Aku yakin itu," ujar Ara, lalu menoleh ke samping.

"Lo tau Ra. Gue cinta sama lo. Gue seneng banget bisa pacaran sama lo. Gue seneng lo bales perasaan gue," ujar Sagara. "Tapi gue ngeteasa gak pantes untuk sama lo," lanjut Sagara.

Ara langsung memeluk tubuh Sagara. Membenamkan wajahnya pada dada Sagara. "Jangan ngomong kayak gitu lagi, Sagara! Aku nggak suka!" pekik Ara dalam pelukan Sagara.

Sagara membalas pelukannya dan menempelkan pipinya di atas kepala Ara. "Ya karena gue--"

"Jangan ngomong!" sela Ara kesal sambil melepas pelukannya. Dia tahu kelanjutan ucapan Sagara yang sungguh membuatnya kesal.

Sagara langsung mengatupkan mulutnya rapat dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Membuat Ara semakin kesal lalu mencubit perut Sagara.

"Aww!! Ara! Sakit--awww!!!" pekik Sagara sambil menangkap tangan Ara yang mencubitnya.

"Kamu kenapa ngeselin banget sih?! Jangan buat aku emosi deh!" kesal Ara sambil memalingkan wajahnya ke depan dengan tangan bersedekap.

Sagara lalu memeluk Ara dari samping, menoleh dan menatap wajah Ara dari samping. Wajah cantik Ara yang membuat Sagara selalu terpesona. Kelembutannya. Kebaikannya. Senyuman manisnya. Suaranya, yang selalu ingin dia dengar dari bibir mungil gadis ini. Semuanya!

"Ara. Makasih. Makasih sudah menerimaku. Makasih sudah hadir dalam hidupku." Sagara meraih tangan Ara dan mencium punggung tangan Ara. Membuat Ara menatap Sagara. "Aku benar-benar mencintai kamu."

"Aku?" Ara mengernyit saat mendengar Sagara mengubah gaya bicaranya. Sagara menatap Ara.

Sagara dan Ara saling memandang. Lalu Sagara mengambil ciuman di pipi kanan Ara. Membuat Ara melotot dan pipinya tiba-tiba panas.

Sagara tersenyum lalu tangannya mengelus pipi Ara yang memerah. "Kok merah?" goda Sagara masih mengelus pipi Ara.

Ara masih diam karena keterkejutannya saat Sagara tiba-tiba mencium pipinya. Masih terasa di pipinya saat bibir Sagara yang menempel di pipinya.

Tiba-tiba, Sagara kembali mencium pipi Ara, tapi yang kiri. Membuat Ara langsung tersadar dari lamunannya. Pipinya semakin panas saja. Dan pastinya sudah lebih merah sekarang.

"Sagara...," cicit Ara sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Sagara terkekeh, lalu meraih tubuh Ara dan memeluknya erat. Membenamkan wajah Ara di dadanya. Berkali-kali Sagara mencium puncak kepala Ara dengan sayang.

"Gemesin banget sih?" Sagara masih mencium puncak kepala Ara sambil memainkan rambut Ara.

"Kalo aja ini nggak di luar, Ara, pasti aku bakal ngelakuin lebih sama kamu, mungkin...," gemas Sagara sambil terkekeh. Membuat Ara semakin malu.

"I love you, Ara."

###

Jangan lupa vote&comment!!!!!

Love you all💕💕💕

SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang