39. Kuat

474 37 9
                                    

Sagara mengerjapkan matanya sambil memegang kepalanya saat dia merasakan sakit yang luar biasa. Saat matanya terbuka, dia melihat Ara, ibunya, dan orang yang sialnya adalah ayahnya.

"Sagara..." Ara langsung menggenggam tangan Sagara.

"Sagara. Ada yang sakit? Bunda panggil dokter ya?" tanya Mira khawatir juga senang karena akhirnya Sagara sadar juga.

Sagara menggeleng. "Ngapain dia disini?" tanya Sagara menatap Putra.

"Sagara... kamu kok gitu? Dia Papa kamu. Kamu gak boleh kayak gitu," lirih Ara yang membuat Sagara menoleh. Lalu dia menatap pipi Ara yang ada bekas air mata.

"Kamu nangis ya?" Sagara mengusap air mata Ara dengan tangan lemahnya.

Saat Sagara akan beranjak, mencoba bergerak. Tapi dia merasa aneh dengan kakkinya. Terasa tidak bisa digerakkan. Sagara menatap kakinya, lalu menatap Ara dan kedua orang tuanya.

"Bun. Kaki... aku... kenapa gak bisa... di... gerakin?" tanya Sagara terbata-bata. Napasnya seketika sesak saat dia tidak bisa menggerakkan kedua kakinya.

Mira mendekat dan memeluk Sagara sekilas. "Kamu... mengalami cedera saraf tulang belakang yang mengakibatkan kamu mengalami kelumpuhan," ujar Mira pelan.

Sagara menahan napas sejenak saat mendengar kenyataan pahit yang diucapkan oleh ibunya. Hatinya terasa sangat sakit.

Sagara masih diam dan menatap kakinya dengan pandangan kosong. Tidak menyangka dengan apa yang terjadi.

"Apa aku masih ada harapan untuk sembuh?" tanya Sagara masih menatap kakinya dan berusaha se-tenang mungkin.

Jangan lupakan senyumnya yang membuat orang yang melihatnya justru sedih.

"Bisa. Kamu masih bisa Sagara. Tapi kamu harus menjalani terapi secara rutin setelah kamu keluar dari rumah sakit," balas Mira. "Bunda yakin, kamu bisa lewati ini semua. Bunda akan selalu ada di samping kamu."

"Iya Bunda," balas Sagara sambil menganggukkan kepalanya.

"Bunda sama Papa keluar dulu," ujar Mira. "Setelah kamu sembuh, Bunda akan jelasin ke kamu soal Papa. Yang harus kamu tau, Papa kamu sudah berubah," lanjut Mira sambil tersenyum dan meninggalkan Sagara dan juga Ara.

Sagara masih diam dan menatap ke depan. Sampai suara isakan tangis membuatnya menoleh ke samping. Ara menangis.

"Saga..." Ara memeluk Sagara. "Maaf. Gara-gara aku kamu jadi kayak gini. Gara-gara aku kamu jadi lumpuh. Seharusnya aku yang lum--"

"Enggak!" Sagara balas memeluk Ara. "Justru aku akan lebih sakit kalo kamu di posisi aku, Ra. Aku gak bisa lihat kamu ngalamin ini semua," ujar Sagara sambil menciumi kepala Ara.

"Aku gak nyesel Ra, ngelakuin ini. Kamu tau, kalo kamu yang kayak gini justru aku gak bisa maafin diri aku karena aku gagal jaga kamu. Kamu segalanya buat aku Ra," ujar Sagara sambil melepas pelukannya dan menatap mata cokelat milik Ara yang berlinang air mata.

"Kamu malaikat dalam hidupku. Dan aku gak mau malaikatku menderita atau tersakiti. Karena itu sama aja buat aku lebih tersakiti." Sagara mencium kening Ara lama. Lalu kembali menatap mata Ara.

Ara semakin menangis dan kembali memeluk Sagara. Menumpahkan semua air matanya di dada Sagara.

"Naik sini," pinta Sagara sambil menepuk tempat di sampingnya.

"Hah?" bingung Ara sambil menaikkan alisnya.

Sagara menarik lengan Ara agar berdiri. "Tidur di samping aku. Kamu nginep sini aja."

"Ih, gak mau!"

"Ara... please...," pinta Sagara dengan wajah di melas-melaskan.

Ara akhirnya naik dan tidur di samping Sagara. Lalu Sagara menjadikan lengannya sebagai bantalan kepala Ara. Dan Ara sedikit memiringkan kepalanya menghadap Sagara.

Sagara menyatukan tangannya pada tangan Ara. Lalu mencium puncak kepala Ara sambil memejamkan matanya.

"I love you, Ra."

"I love you too, Saga."

( Ihir👆😊😂😠❤ )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Ihir👆😊😂😠❤ )

#####

Tinggal beberapa part lagi End loh😆😆

Jangan lupa vote&comment!!!!!

Love you all💕💕💕

SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang