8. Sagara, Ale, dan Indah

485 37 4
                                    

Ara tersenyum sambil mengambil kertas biru yang ada di cokelat berpita biru itu juga. Sudah tiga hari ini Ara sering mendapatkan cokelat dan juga kertas biru yang berisi kata-kata atau juga ucapan semangat dan lain-lain.

Apalagi dengan pita dan kertas kecil berwarna biru. Warna kesukaannya.

Biru itu melambangkan kebahagiaan dan optimisme. Warna biru juga mengungkapkan makna dari kesetiaan.

Percaya deh, kalo kamu mau sama aku, aku jamin kamu bahagia dan aku bakalan setia. Like my name Hehe....

—Bluesea

"Jadi, apa namanya beneran Bluesea?" gumam Ara ragu. "Masa iya ada orang namanya Bluesea? Aneh kan?" Ara terkekeh sendiri di dalam kamarnya.

Sudah ada sembilan kertas berwarna biru yang dia simpan di dalam sebuah kotak berwarna hitam. Karena setiap hari nya, dia menerima tiga cokelat. Dan Ara tidak tahu bagaimana bisa orang itu memasukkannya ke dalam tasnya, itu terakhir.

Pertama; Saat pagi-pagi cokelat itu sudah ada di atas mejanya. Kedua; Saat dia ada di perpustakaan atau saat dia kembali dari kantin sudah ada di mejanya. Dan ketiga; Sudah ada di dalam tasnya.

"Kamu ini siapa sih Bluesea? Aku makin penasaran?" gumam Ara.

***

"Maaf Mas, tapi nama yang anda cari sudah keluar dari sini tiga hari yang lalu Mas."

Sagara membelalakkan matanya saat mendengar pernyataan suster itu.

"Dia sudah dinyatakan sembuh Mas. Karena memang dari awal, dia hanya butuh pemulihan mentalnya disini," jelas suster itu lagi.

"Tapi dia tidak gila kan Sus?" tanya Sagara.

"Tidak Mas. Mbak Indah sudah dinyatakan sembuh. Tapi dia tidak boleh sampai hal yang sama terjadi lagi," balas suster itu.

"Iya Sus. Makasih banyak ya." Sagara tersenyum kepada suster yang dulunya selalu menjaga Indah yang disewa secara pribadi untuk menjaga Indah selama Indah dirawat di rumah sakit jiwa.

"Saya permisi Sus."

Sagara segera pergi keluar dan menuju ke tempat parkir motornya. Setelah itu dia kembali melajukan motornya menuju ke suatu tempat.

Sagara berhenti tepat di depan rumah dengan cat berwarna putih. Dia melihat ada banyak motor disana. Setelah meyakinkan pikirannya, Sagara melangkah mendekati rumah itu.

Rumah atau lebih tepatnya markas berkumpulnya geng Elang. Dulu, dia juga menjadi bagian dari mereka. Dulu, dia pernah merasakan hangatnya kebersamaan seperti sebuah keluarga. Dan dulu, dia bahkan pernah menjadi orang yang cukup penting di antara banyaknya mereka.

Tapi itu dulu.

Saat semuanya belum berubah.

Ceklek....

Sagara membuka pintu dan membuat mereka terkejut. Seketika mereka langsung berdiri dan menatap Sagara marah.

Ale pun yang berada disana pun juga langsung maju, menatap Sagara yang saat ini malah menatapnya datar dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celananya.

"Ngapain lagi lo, bangsat?!! Gak sudi gue lihat muka lo!" maki Ale sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Gimana kabarnya Indah?" tanya Sagara yang membuat mereka semua melotot. Marah juga pastinya.

"Brengsek!" umpat Ale sambil memberikan sebuah bogeman pada wajah Sagara.

Sagara masih diam, lalu menatap Ale. "Gue tau dia udah keluar tiga hari yang lalu. Gue cuma mau tau kabarnya dia Al," ujarnya.

"Gue tau lo nyuruh gue pindah sekolah karena ini kan? Karena Indah mau masuk sekolah lagi? Its ok. Gue paham maksud lo," tambah Sagara saat Ale akan membalas ucapannya.

"Lo mau apain lagi Indah, hah?! Udah cukup ya lo!!!" teriak Ale sambil kembali memberikan bogeman pada wajah Sagara.

"Gue gak bakal minta maaf karena gue nggak salah Al. Gue cuma korban fitnah disini," ujar Sagara sambil menyeka sudut bibirnya yang berdarah.

"Gak usah ngelak lo! Gue gak bakal percaya sama omongan lo itu! Lo pergi dari sini sekarang!" usir Ale.

"Gue harap Al dan lo semua," tunjuk Sagara pada semua cowok yang berdiri di belakang Ale. "Lo semua jangan ketipu sama orang bermuka dua di antara kalian. Yang pasti bukan gue," ujar Sagara.

"Gue tau, gue ngomong apapun sama kalian. Kalian gak bakal percaya sama gue. Karena kesannya emang gue yang salah. Padahal dia." Sagara melirik satu cowok di antara tiga puluhan orang itu. Bermaksud menyindirnya.

Ale hendak membalas ucapannya. Tapi Sagara menyelanya, "Al, gue harap lo masih percaya sama gue."

"Percaya kalo gue gak bakal lakuin hal kayak gitu ke sahabat sekaligus orang yang gue cintai, dulu."

Sagara menepuk pundak Ale. "Itu dulu Al. Dulu sampai akhirnya gue mundur dan lebih milih lo buat bahagiain dia. Lo sahabat gue Al. Selamanya."

Sejenak, Ale tertegun dengan kalimat terakhir Sagara.

#####

Oh yeah! Double up!!!

Jangan lupa vote&comment!!!!

Love you all💕💕💕

❤❤❤❤❤

SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang