34. Rencana??

422 36 24
                                    

"Ara."

"Maafin Abang." Ale melangkah mendekat, tapi Ara menggelengkan kepalanya dan menatap Ale penuh kebencian saat ini.

Ale menatap Sagara penuh kebencian. "Kalo bukan karena Sagara breng--"

"Bukan Bang!" sela Ara cepat. Bahkan Ale masih menyalahkan Sagara?!

"Bukan Sagara yang brengsek. Tapi Abang!!!!!"

"Abang yang brengsek!!!!"

Saat itu juga, Ara meraih vas bunga yang ada di atas nakas dan membantingnya ke bawah tepat di samping Ale berdiri.

Pyarr!!!!!!

Ale seketika membeku di tempatnya. Dia menyesali perbuatannya tadi. Sungguh, kakak macam apa dia? Melukai adiknya sendiri?

"Dan Abang masih nyalahin Sagara? Mikir Bang! Yang salah disini itu Abang! Abang tiba-tiba datang dan narik aku. Terus berantem, mukulin Sagara!!!" teriak Ara emosi.

Sagara langsung memeluk tubuh Ara. "Ssstttt... tenang Ra... tenang. Udah ya," ujar Sagara lembut sambil mengelus punggung Ara.

Ara mengangguk sambil mengatur napasnya. Kemudian, dia merasakan nyeri di kepalanya. Membuat Sagara panik.

"Ara! Sebentar. Aku panggil dokter dulu," ujar Sagara namun ditahan oleh Ara.

"Nggak usah. Aku mau... minum," pinta Ara yang langsung Sagara kasih air putih yang ada di atas nakas.

Ara menatap Ale datar. "Keluar," usirnya dengan nada dingin.

Ale merasakan sesak di dadanya saat untuk pertama kalinya, seorang Ara dengan sikap lemah lembutnya, tatapan hangatnya. Tapi kini berubah kepada Ale. Membuat Ale benar-benar menyesal. Sangat menyesal!

Ceklek....

"Ale?!!" teriak Chiko saat memasuki ruangan Ara. Chiko langsung menghampiri Ale dan menarik kerah kemeja Ale.

Bughh!!!!!!

Bughh!!!!!

Chiko memukul rahang dan perut Ale yang membuat mereka terkejut. Tadi memang Sagara sudah menceritakan semuanya. Dan hal itu membuat Chiko marah seketika.

"Berani-beraninya kamu sampe mukul adek kamu sendiri Ale?! Papa bahkan gak pernah ngasarin dia! Dan kamu?! Kalo tadi kepala adek kamu kenapa-napa dan kejadian hal yang fatal gimana hah?!" murka Chiko sambil melotot. Matanya memerah karena amarahnya.

"Maaf Pa. Maaf. Aku kebawa emosi tadi. Aku nyesel Pa. Aku bener-bener nyesel," ujar Ale dengan penuh penyesalan. Kepalanya menunduk dengan kerah yang masih dicekal oleh ayahnya.

Chiko menghempaskan tubuh Ara sampai Ale mundur dan menghantam dinding.

"Pergi dari sini," usir Chiko dengan nada dinginnya.

Chika yang sedari tadi diam, mendekat kepada Chiko dan mengelus punggung Chiko. "Tenang Chiko...."

"Ale. Kamu pergi sekarang. Jangan buat Papa kamu tambah emosi," ujar Chika.

Ale mengangguk sambil melangkah lemas menuju ke pintu dan keluar dengan rasa bersalah dan penyesalannya.

Sagara melihat jika Ara tertidur, kini mendekati Chika dan Chiko yabg sedang duduk di sofa.

"Om, Tante. Saya benar-benar minta maaf. Karena saya sama Ale, Ara jadi terluka. Saya benar-benar menyesal," ujar Sagara sambil menunduk.

Chika bangkit dari duduknya dan menepuk pundak Sagara. "Bukan salah kamu."

SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang