"Jadi? Anggota The Eagle udah 100 orang? Cepet banget nambahnya?" tanya Ale tidak percaya.
Aldo mengangguk. "Iya."
The Eagle yang awal namanya adalah Elang, kini di ketuai oleh Ale. Tadinya anggotanya berjumlah 30 orang saja selama setahun ini semenjak mereka mendirikan The Eagle. Namun saat ini mereka sudah menambah anggota lagi. Bukan untuk hal-hal tidak berguna, tapi untuk sekedar besenang-senang yang membuat kebersamaan mereka semakin dekat seperti keluarga.
100 anggota ditambah 3 orang yang cukup penting, yaitu Ale, Arga, dan Aldo.
"Ga, lo kenapa diem aja?" tanya Ale saat menyadari Arga lebih banyak diam akhir-akhir ini.
"Nggak papa. Males aja," jawab Arga biasa saja.
"Lo kan tau dia itu pendiem, gak suka banyak omong," ujar Aldo sambil melirik Arga.
Ale menatap Arga dan Aldo. "Tadi gue nemuin Ara sama Indah," ujar Ale yang membuat kedua sahabatnya langsung menatapnya. Juga beberapa anggota Eagle yang tahu tentang Indah.
"Apa?! Kok bisa? Terus reaksinya gimana?" tanya Aldo penasaran.
"Lo udah cerita sama dia tentang apa yang dialami oleh Indah?" tanya Arga dengan serius.
"Udah. Jadi, Ara itu masuk kamar gue dan nemuin fotonya Indah di meja belajar gue. Dia minta ketemu. Ya udah, gue ceritain intinya aja sih," jelas Ale sambil menyandarkan punggungnya pada sofa.
"Syukur gue, dia nyaman sama Ara. Tadi di cafe dia juga udah ketawa-ketawa lagi," ujar Ale. Tapi raut wajahnya kembali sedih.
"Kenapa lo sedih? Kan Indah bisa temenan sama Ara. Sering-sering temuin mereka lah," ujar Aldo.
"Gue sedih, karena dia harus ngulang lagi kelas X."
"Lo tenang aja, anak Eagle kan ada yang kelas X. Mereka akan jagain Indah kok walaupun kita nantinya udah lulus," ujar Aldo sambil menatap anak The Eagle yang berkumpul, diam menatap Ale dan Aldo. Mereka menggunakan jaket hitam belambang Elang di belakang punggung mereka.
"Iya Bang. Indah sekelas kok kita," ujar salah satu cowok sambil merangkul tiga cowok lain.
"Indah Elisa? Anak IPA 2 itu?" tanya yang lain.
"Iya. Yang cantik itu loh," celetuk yang lain, membuat Ale menoleh cepat dan menatap tajam cowok itu.
"Lo mau mati hah?!" teriak Aldo saat melihat wajah Ale yang memerah.
"Ampun Bang. Gak lagi. Gue bercanda," ujar cowok itu.
"Lo kenapa nggak nyatain perasaan lo aja sih Al?" tanya Aldo.
"Dan, kalo dia nolak gue gimana? Kalo dia ngejauh dari gue karena gue ngungkapin perasaan gue gimana? Hah?!" Ale mengepalkan tangannya kuat.
"Gue gak mau lebih sakit lagi nantinya saat dia nolak gue. Gue udah cukup sakit dapet fakta kalo dia--," ujar Ale terhenti. Lalu dia bangkit berdiri.
"Gue cabut dulu."
Ale langsung pergi begitu saja membuat semua temannya menatapnya bingung.
"Woi Aldo!" panggil Angga, salah satu teman sekelas Aldo, Arga, dan Ale.
"Apa?"
"Lo tau rumahnya Sagara?" tanya Angga yang membuat mereka semua menatap Angga tajam.
"Lo?! Ngapain lo bahas dia?! Gak usah sebut namanya!" teriak Aldo menunjuk Angga.
"Santai. Gue tadi lihat dia di supermarket. Masa iya dia pake motor matic," ujar Angga yang membuat Aldo mengernyit.
"Lah emangnya kenapa kalo pake motor matic?" tanya Arga yang sedari tadi diam.
"Aneh aja sih."
"Kan kita emang gak tau apa-apa tentang dia. Kita cuma lima bulan kenal sebelum akhirnya kejadian itu," ujar Aldo tak peduli sama sekali.
"Gue lihat Sagara kerja di cafe masa," ujar Wily, sahabat dekat Angga. Dia dulu juga dekat dengan Sagara.
Mereka semua melotot sambil menatap Wily dengan tidak percaya. "Jangan ngarang lo!" balas Angga cepat.
"Lah, serius gue!"
"Tapi kayaknya dia anak orang kaya deh," ujar Angga.
"Dari mana lo tau kalo dia anak orang kaya? Sedangkan, kita gak ada yang tau apa-apa tentang dia. Bahkan sampe kita musuhan kita udah gak ada peduli sama dia," balas Aldo.
"Gak usah bahas dia lagi deh. Gak peduli gue. Makin benci iya!" timpal Arga kesal menahan amarah.
Mereka semua langsung diam. Sampai perkataan Wily membuat mereka semua melotot.
"Gue percaya kalo Sagara gak salah."
Hening.
Enam kata yang diucapkan oleh Wily membuat mereka semua langsung menatap Wily, setelah lama diam. Mereka menatap tajam Wily yang dengan santainya mengatakan itu.
"Lo!" teriak Aldo sambil menatap tajam Wily. "Kalo Ale ada disini, pasti abis lo!" ujar Aldo.
"Iya lo! Cari mati ya lo ngomong kayak gitu? Kalo sampe Ale tau, lo bisa abis," tambah Arga sambil melotot.
Wily terkekeh. "Aldo, Arga. Bahkan gue tau siapa yang salah sebenarnya. Dan itu bukan Sagara," tekan Wily.
"Kalo lo ngebelain dia, lo bukan bagian dari kita Wil. Ale pasti bakal--"
Brakkk!!!!
Wily menggebrak meja dan bangkit berdiri sambil menatap mereka satu persatu, lalu yang terakhir menatap Arga dan Aldo.
"Gue keluar dari The Eagle!" teriaknya yang membuat semua orang terkejut.
"Bagus! Lo gak pantas jadi bagian The Eagle karena lo bela orang yang salah!" teriak Aldo. Jujur, Aldo tidak mau Wily keluar karena cowok itu berbeda dari yang lain.
Tapi Wily membuat emosinya memuncak.
"Gue harap kalian nggak nyesel saat tau siapa sebenarnya yang salah!" tegas Wily sebelum akhirnya melepas jaketnya dan membuangnya sembarangan. Lalu melangkah pergi keluar.
#####
Jangan lupa vote&comment!!!
Love you all💕💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagara
Teen Fiction"SEQUEL CHIKA&CHIKO >> BISA DIBACA TERPISAH." Perjuangan seorang Sagara yang rela mengejar seorang gadis bernama Ara. Mata coklatnya yang indah. Kelembutan dan kebaikan gadis berhati malaikat itu yang membuat seorang Sagara Biru jatuh. Jatuh pada pe...