38. Datang Terlambat

492 40 26
                                    

Ale, Wily, Aldo, Angga, The Eagle, dan polisi yang baru saja datang dibuat terkejut saat mereka membuka pintu. Mereka melihat Sagara dengan kondisi terikat di kursi dengan keadaan tidak sadar. Wajahnya penuh darah dan terletak di dekat tangga bawah.

"SAGARA!!!" pekik mereka semua yang membuat Arga terkejut karena kehadiran mereka semua.

"Pak! Tangkap dia! Dia pelakunya Pak!" teriak Wily menunjuk Arga yang ada di atas.

Polisi langsung menodongkan pistol dan menghampiri Arga yang kini diam membeku di atas. Lalu polisi itu dengan gerakan cepat menangkap dan memborgol tangan Arga. Mereka menggiring Arga ke bawah.

Tiba-tiba Arga berontak dan melepaskan diri. Dia berlari menuju ke pintu dengan tangan terborgol. Membuat semuanya terkejut.

"Jangan kabur kamu!" teriak polisi itu sambil mengangkat pistolnya dan menarik pelatuk ke arah Arga.

Dor!!!!!

"Arghhhhhh!!!"

Arga jatuh terduduk di lantai saat timah panas itu mengenai kakinya. Polisi langsung gerak cepat. Mereka semua bahkan sudah memanggil ambulans juga.

Ale berlari ke arah tangga dan menuju ke Ara yang sedang menangis. Ale langsung membuka ikatan tali pada tubuh adiknya itu dan memeluknya. Menciumi puncak kepalanya.

"Maaf Abang datang telat. Abang gak bisa tolongin kamu sama Sagara dengan cepat," ujar Ale.

Ara langsung melepas pelukannya dan menuju ke arah bawah dan melihat Sagara sedang di kerumuni oleh banyak orang. Mereka sedang menunggu ambulans datang.

"Sagara!!!!"

Mereka semua menoleh saat mendengar teriakan Ara. Langsung saja Ara memeluk Sagara yang sudah tidak sadarkan diri itu. Ikatannya juga sudah terlepas.

"Sagara! Hiksss... maaf. Maafin aku. Karena aku kamu kayak gini..." Ara semakin menangis dengan kencang sambil memeluk Sagara lebih erat.

Sedangkan, Ale dan yang lain hanya diam dengan kepala tertunduk. Rasa bersalah mereka semakin besar saat ini.

Sampai akhirnya ambulans datang dan langsung mereka membawa Sagara ke rumah sakit.

***

Sudah satu jam yang lalu mereka menunggu di depan ruangan yang masih tertutup, belum terbuka juga. Membuat mereka cemas luar biasa.

Siapa lagi jika bukan para medis yang menangani Sagara di dalam. Ara tak henti-hentinya menangis sambil menutupi wajahnya. Ale pun hanya diam, karena sedari tadi Ara tidak meresponnya.

Tiba-tiba ada suara langkah mendekat yang membuat mereka menoleh. Ara langsung berdiri dan memeluk erat Mira.

"Ibuuuu!!! Sagara Buuuu!!!!" teriak Ara sambil menangis di pelukan Mira.

"Kamu tenang dulu... semua pasti akan baik-baik aja." Mira mengelus punggung Ara sambil menangis. Jujur, sangat menyakitkan saat mendengar kabar yang di sampaikan Ara tadi.

Lalu Ara mengalihkan pandangannya kepada orang yang ada di samping Mira. Mereka semua juga bingung saat melihat orang di samping Mira itu.

Seorang laki-laki dengan tubuh tinggi, putih, mata biru, tatapan tajamnya, dengan pakaian kantor yang masih melekat di tubuhnya.

"Siapa Bu?" tanya Ara kepada Mira.

"Papanya Sagara."

Mereka semua melongo saat mendengar dua kata yang keluar dari mulut Mira.

"Hai Om Putra." Wily maju mendekati Putra dan Mira. Lalu mencium punggung tangan keduanya. Membuat mereka semakin terkejut.

"Ini Bunda sama Papanya Sagara," ujar Wily pada Ale dan yang lain.

"Hah? Bukannya lo bilang--"

"Gak perlu dibahas. Bukan waktunya," sela Wily.

Ceklek....

Dokter keluar dari ruangan. Langsung saja Mira dan Putra, juga Ara mendekat kepada dokter itu.

"Dok! Bagaimana keadaan anak saya?! Apa dia baik-baik saja?!" tanya Putra dengan wajah paniknya.

"Pasien mengalami benturan di bagian kepala dan beberapa bagian tubuhnya. Beruntung di bagian kepalanya tidak serius dan tidak ada luka dalam yang serius," ujar sang dokter yang membuat mereka menghembuskan napas lega.

"Tapi..." Ada jeda sejenak. "Pasien mengalami cidera saraf tulang belakang pada bagian pinggangnya yang berdampak pada tungkai kakinya sehingga menyebabkan dia mengalami kelumpuhan," lanjut dokter itu yang membuat mereka terkejut luar biasa.

"A--a--apa?" Ara langsung menangis kembali ketika mendengar apa yang dikatakan oleh dokter itu.

"Saya akan menjelaskan pada Bapak dan Ibu lebih dalam. Mari ikut ke ruangan saya," ujar dokter itu.

Mira dan Putra pun hanya mengikuti langkah dokter itu menuju ke ruangan.

Ara langsung terduduk di lantai sambil menekan dadanya yang terasa sesak. Saat itu juga, Chika dan Chiko datang.

"Ara!" teriak Chika sambil mendekat dan memeluk tubuh anaknya itu. Tadi Ale mengabari jika Ara sedang di rumah sakit karena waktu itu Chika menghubungi Ara dan menanyakannya pada Ale.

"Kamu nggak papa kan sayang?" tanya Chika cemas dan khawatir.

Ara menggeleng di pelukan ibunya sambil menangis. Lalu dia melepas pelukannya dan berbalik badan menatap The Eagle dengan tatapan tajamnya. Kebetulan hanya tiga puluh orang yang ikut ke rumah sakit saat ini.

"Kalian semua ngerti nggak?!" sentak Ara sambil menunjuk mereka satu persatu. Tidak peduli dia ada dimana sekarang. "Kalo bukan karena Sagara, aku yang harusnya lumpuh!" lanjut Ara membuat mereka terkejut.

"Karena apa?" jeda sejenak. "Karena demi aku, Bang Ale, dan The Eagle. Sagara rela berkorban untuk kita semua asal kalian tau ituuuu!!!" teriak Ara menggema.

"Seharusnya aku yang di dorong sama Arga. Tapi Sagara rela tukar posisi demi kita!!!!! Padahal apa yang kalian lakuin ke dia?" Ara kembali menangis. "Padahal kalian udah nyakitin dia. Benci dia. Buang dia. Tapi dia dengan mudahnya mengorbankan dirinya demi kita!!!!"

Diam.

Mereka semua menundukkan kepala mereka dengan penuh penyesalan.

Sangat menyesal!!!!

#####

Jangan lupa vote&comment!!!!!

Love you all💕💕💕

SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang