14. Indah Elisa

402 31 12
                                    

"Hai Ara!"

"Eh, Bagas? Halo," sapa balik Ara sambil tersenyum pada Bagas yang saat ini mensejajarkan langkahnya dengan Ara di koridor sekolah. Banyak sekali tatapan yang diberikan oleh pada murid lain yang saat ini melihat Ara dan Bagas berbincang-bincang.

"Lusa lo olimpiade ya?" Ara mengangguk.

"Semangat ya. Semoga lo jadi juara lagi deh. Banggain sekolah kita kayak tahun lalu," ujar Bagas sambil mengepalkan tangannya ke udara.

Ara tertawa pelan. "Aamiin. Ini juga yang terakhir. Soalnya kan tahun depan aku udah kelas XII dan pastinya sibuk sama ujian-ujian. Belum lagi aku harus ngurus kuliah aku," ujar Ara.

"Nggak kerasa ya, beberapa bulan lagi kita udah naik kelas XII dan kelas XII nggak sampe setahun kita lulus," balas Bagas sambil terkekeh.

"Iya yah."

"Mau ke kantin nggak Ra? Mumpung masih pagi nih," tawar Bagas sambil menaik-turunkan alisnya.

"Aku udah sarapan Gas." Ara tersenyum tidak enak.

"Oke. Nanti ke kantin bareng mau nggak?" tawar Bagas lagi. Tidak menyerah.

"Maaf Gas. Aku mau ke perpustakaan aja kayaknya," tolak Ara lagi. Dia sangat tidak enak pada Bagas. Tapi jujur, Ara memang jarang ke kantin. Padahal Era yang sahabatnya saja, jarang sekali bisa mengajaknya ke kantin.

"Kenapa sih lo nggak mau--"

"Heh! Kalo dia nggak mau, ya nggak mau! Gak usah maksa lo! Nggak lihat apa mukanya udah nggak nyaman gitu?!" sinis seseorang yang bersedekap di belakang mereka.

Ara dan Bagas menoleh dan terkejut saat melihat Sagata menatap tajam Bagas. Sungguh, rasanya dia ingin menonjok wajah Bagas sekarang. Apalagi saat melihat mereka bersama tadi.

"Ngapain sih lo ikut campur?!" kesal Bagas.

Sagara mendekat ke arah mereka sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie-nya. Dia tersenyum pada Ara.

Sagara mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan memberikannya pada Ara. Wajah Ara langsung berbinar melihatnya.

"Makasih Sagara," ujar Ara sedikit malu. Dan saat ini, mereka bertiga menjadi perhatian para murid yang berada di koridor.

Bagas mendengus lalu melangkah pergi meninggalkan dua orang itu.

Ara membuka kertas berwana biru itu dan membacanya.

Have a nice day, Ara :)

Jangan lupa bahagia.

-Bluesea

"Makasih, Bluesea," ujar Ara pelan. Sagara terkekeh.

"Ayo ke kelas," ajak Sagara.

"Ayo!"

"Kamu suka warna biru, Sa?" tanya Ara. Saat ini mereka jalan berdampingan menuju ke kelas mereka.

"Iya. Kalo lo?" tanya balik Sagara sambil menoleh sekilas.

"Sama. Biru. Gak tau kenapa, tapi suka aja," ujar Ara.

"Sagara." Sagara berhenti di depan pintu kelas, menoleh pada Ara. "Kamu gak usah kasih cokelat lagi deh kayaknya," lanjutnya.

Sagara menuntun Ara untuk masuk kelas dan mendudukkan Ara di bangkunya.

"Kenapa? Lo bosen ya gue kasih cokelat?" tanya Sagara. Dia tidak peduli dengan tatapan pada teman sekelasnya yang sepertinya kepo pada Ara dan dirinya.

"Hehe... aku malu. Kan biasanya kamu diem-diem. Tapi sekarang enggak. Gimana ya--"

Sagara memencet hidung mancung Ara membuat ucapan Ara terputus. "Aww... Sagara!"

SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang