Shani mengambil pulpen dan kertas yang dia simpan di meja belajarnya tadi malam. Dia meninggalkannya saat kantuk mulai mendatanginya malam itu. Anin yang berada disampingnya sekilas menatap Shani yang sibuk memainkan ponselnya.
Ada sebuah notifikasi di linenya. Seseorang telah menambahkannya sebagai teman.
"Vny?" gumamnya saat melihat nama yang tertera di sana.
Shani menekan foto profil kontak tersebut, kemudian keluarlah sebuah gambar dimana terlihat seorang gadis manis tengah tersenyum. Mengeluarkan senyuman termanisnya dan mengeluarkan sisi ketampanannya sekilas.
Kerutan di dahinya pun terlihat. Shani menyerahkan ponselnya pada Anin tanpa banyak bicara.
"Siapa Ci?" tanya Anin yang masih sibuk memperhatikan orang tersebut.
Shani mengangkat bahunya acuh.
Melihat reaksi Shani, Anin menoleh kemudian menatap Shani penuh tanya, "Terus kenapa Ci Shani kasih ke aku deh?" tanya Anin seraya mengembalikan ponsel Shani.
"Siapa tau kamu kenal,"
"Emangnya aku cewek apaan bisa kenal banyak orang?"
Shani terkekeh mendengar protesan Anin, kemudian mulai mengerjakan tugas yang terus menunggunya sejak tadi malam.
Dalam kesibukannya ketika menulis, sebenarnya pikiran Shani sedang tidak berada di sini. Dia tengah mengingat-ngingat sosok gadis yang tak sengaja dia lihat kemarin saat di Cafe Perpustakaan. Sesekali dia membuka ponselnya, melihat foto profil gadis bernama Vny tersebut.
"Mirip,"
"Mungkin orang yang sama kali, Ci," sambung Anin yang tengah bermain twitter.
"Aku accept aja pertemanannya?"
"Bebas. Lumayan, manis juga," sahut Anin dengan asal.
Plak!
Shani menepuk paha Anin membuat sang empunya meringis pelan. Tangan Anin mengusap-ngusap pahanya yang terkena tamparan Shani. Dia berdecak sebal.
Sebenarnya,
Shani ini memang iblis yang menyamar jadi bidadari.
"Done,"
Shani kembali menyimpan ponselnya saat dia menekan tombol accept dalam sesi memilah pertemanan di line.
Tetapi, jauh dari tempat Shani..
Seseorang tengah melompat-lompat kegirangan karena dia mendapatkan notifikasi dari orang yang benar-benar membuat hari-harinya berwarna.
"Bidadari juga lewat sama Shani mah," girangnya.
×××
Viny keluar dari kamarnya setelah dia berhasil menetralkan rasa bahagianya saat mendapatkan notifikasi pertemanan diterima oleh Shani.
Dia berjalan menuju ruang keluarga. Manik matanya mendapati Gracia yang sudah rapih dengan baju ungu dan celana hitamnya. Rambutnya yang digerai tak lupa kacamata bulatnya.
"Udah? Yuk," Gracia mengangguk saat Viny sudah keluar rumah lebih dulu.
Viny menunggu Gracia di depan pintu rumahnya. Sesekali dia melirik jam tangan yang melingkar.
"Gre, kamu di dalem ngapain sih?"
"Bentar, Kak,"
"Ngobrol sama jin kali ya, lama banget," Viny berdecak kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Re:I'am [END]
Fiksi PenggemarTerkadang, seseorang jauh lebih tahu tentang kita, dibandingkan diri kita sendiri. Dan semua itu terjadi pada ke-empat gadis yang saling berhubungan.