08. Bohong?

1.1K 112 21
                                    

Lima bulan setelah pertemuan.





Sejak pertama kali mereka dipertemukan oleh sosok Lidya, hubungan Viny dan Shani menjadi jauh lebih dekat. Terhitung sejak hari itu, pertemuan mereka sudah menginjak sekitar empat atau lima bulan. Tidak heran jika keduanya digadang-gadangkan sebagai sepasang kekasih ketika sedang jalan berdua.

Bahkan, selama hubungan mereka berjalan semakin baik, Gracia masih belum mengetahui semuanya. Entah Viny yang belum siap untuk mengenalkan Shani pada Gracia karena hingga detik ini hubungan mereka masih sebatas teman atau ada sesuatu hal yang dia sembunyikan dari Gracia.

Shani. Gadis yang mengaku sangat brengsek di masa lalu, kini telah berubah. Dirinya menjadi jauh lebih dingin pada orang-orang setelah kejadian saat itu. Dia menjadi jauh lebih pengertian dengan orang-orang terdekatnya.

Gadis berwajah bak bidadari itu kini tengah menikmati waktu-waktunya. Menikmatinya bersama orang yang belakangan ini bisa mengisi hari-harinya.

Sebut saja dia...




"Kak Viny?"




Shani mendangakan kepalanya guna mencari tahu siapa orang dibalik penutup matanya. Memang sangat gelap dan tidak bisa melihat apa-apa, matanya tertutup dengan tangan lembut seseorang.

Masih dengan kepala yang mendanga, Shani memegang tangan orang dibalik punggungnya. Perlahan dia menariknya. Membuat pandangannya kembali terang. Mereka berdua saling tersenyum saat tatap mata keduanya bertemu.

"Ketebak~" ucap gadis berambut sebahu.

Viny ini, rambutnya perlahan memanjang. Saat pertama kali dia bertemu Shani, rambutnya masih di atas pundaknya. Walaupun tidak terlalu pendek. Tetapi sekarang, rambutnya menjadi sedikit lebih panjang, bahkan melewati pundaknya.

"Sini kak, duduk." ucap Shani sambil menepuk-nepuk sofa di sampingnya. Mengisyaratkan agar gadis itu duduk disebelahnya.

Coba tebak, dimana mereka saat ini?

Rumah Viny ?

Bukan.

Rumah Shani?

Bukan juga.

Lalu?

"Makasih ya.." Viny mengambil camilan yang tersimpan di atas meja. Memakannya sambil terus menatap lurus ke arah televisi.

"Buat apa?"

"Kamu udah bantuin aku ngerjain proyeksi-proyeksi buat meeting besok. Padahal itu harusnya tugas aku, tapi kamu dengan senang hati datang ke apartement aku, nginep pula." jelas Viny masih dengan camilan di tangannya.

Shani menyunggingkan senyumnya. Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain. Matanya terlalu fokus pada wajah samping Viny yang menurutnya...

Ah,

Sulit untuk di deskripsikan.

Hanyut dalam fikiran yang dia buat sendiri. Hipnotis tanpa bicara dan juga menyentuh. Hipnotis tanpa aba-aba. Shani hanyut semakin dalam.

Viny yang melihat itu mengerutkan keningnya bingung. "Shan?"

Shani not responding.

"Shani?

"Hey!"

Viny diam beberapa saat. Berpikir. Bagaimana caranya dia bisa membangunkan Shani dari lamunannya. Senyumnya kembali mengembang saat sebuah ide terlintas diotaknya.

Tangannya terulur mengambil camilan berbentuk seperti stick berwarna pink. Viny memasukannya ke dalam mulut, kemudian mendekatkan wajahnya pada Shani. Tangannya yang bebas langsung menggenggam tangan Shani dengan sesekali menepuknya.

Re:I'am [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang