09. Layaknya Harapan

1K 116 4
                                    

Bukannya suka, tetapi sayang, hati ini benar-benar berdebar~

***

"Mau jadi pacar aku?"


Detik berikutnya, Shani menekan tombol mic dilayar ponselnya kemudian mulai berbicara dengan suara lantang.




















"KAK LIDYAAA!!!!!"

.

.

.

.

.


Gracia membuka pintu rumahnya setelah dia mendengar bunyi bell beberapa kali dan membuatnya merasa pusing. Dia terdiam saat mendapati Anin sudah berdiri di depannya dengan celana jeans pendek di atas lutut, t-shirt putih polos tanpa lengan yang dia balut dengan outer berwarna abu-abu.

Tatapannya tidak lepas dari bola mata cokelat milik Anin. Detik berikutnya Gracia mundur, mempersilahkan gadis itu untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Mata lo kenapa?" tanya Anin berusaha memecahkan keheningan. Dia tahu betul, Gracia menangis semalaman karena sekitaran matanya terlihat lebih gelap.

"Lo mau minum apa?" bukannya menjawab, Gracia malah balik bertanya dengan suaranya yang serak.

"Gak usah."

Mendengar itu, Gracia berjalan menuju dapur kemudian menuangkan segelas jus mangga yang tersedia di dalam kulkasnya. Gracia menyimpan minuman itu di hadapan Anin. Membawa dirinya duduk di sofa sebalah Anin.

Hening.

Gracia bahkan Anin tidak tahu harus berbuat apa. Rasanya cukup segan untuk bertanya perihal masalah Gracia dengan Viny. Dia tidak tahu betul seluk-beluk dari permasalahan kakak-adik itu.

Perlahan, Gracia menjatuhkan kepalanya di pundak Anin. Tersenyum getir saat bayang wajah Viny terlintas di pikirannya.

"Udah tiga hari kak Viny gak pulang ke rumah ini," Gracia mulai membuka suaranya.

"Udah coba minta dia buat pulang?" tanya Anin lembut.

Gracia mengangguk.

"Tapi berakhir dengan berantem." ucap Gracia.

"Kenapa?"

Gracia menghembuskan napas pelan. "Gue gak pernah bisa ngertiin dia."

Anin menggeser sedikit kepalanya guna melihat wajah Gracia yang berada di bawah dagunya. Tangannya terulur lembut menghempaskan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Gracia. Sesekali dia menepuk bahkan mengusap kepala gadis manis itu.

Rasanya,

Cukup jahat jika dia menikmati hal ini.

"Manusia itu punya sifat egoisnya masing-masing. Mungkin saat ini lo nyalahin diri lo sendiri karena gak bisa ngertiin kak Viny, tapi gak ada yang tau kalau di tempat kak Viny berada, dia lagi mikirin lo dan terus menyalahi dirinya sendiri," Anin menghela napas kasar. Tatapannya dia alihkan pada tangan Gracia yang masih menggenggam tangannya. "Mungkin, dia berharap harusnya cukup dia aja yang ngerasa terpuruk sama keadaan yang seolah-olah bikin dia tertekan. Dia gak mau lo ikut tertekan karena hal yang sama sekali gak lo ketahui seluk-beluknya." lanjut jelas Anin.

Re:I'am [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang