30. Sah? Sah!

1.4K 110 13
                                    

"Saya terima nikahnya.... "

"Sah?"

"Sah!"

Viny tersenyum bangga saat ia berhasil menghafal kalimat ijab-qobul untuk pernikahannya nanti. Ia menepuk dadanya dengan bangga dihadapan Shani, Anin dan juga Gracia.

"Pas langsungnya mah gemeteran tuh," Ejek Anin.

"Enggak lah. Emang kamu tuh, marahan dikit gemeter, nangis. Hih. Gak banget."

"Ck. Ci, ajarin tuh pacarnya biar gak bully aku terus."

"Kakak udah ih."

"Bercanda kali, Shan. Dianya aja baperan."

"Geeee~"

Gracia menghembuskan napasnya kasar. Ia beranjak bangun, menarik Anin pergi dari ruang tengah. Meninggalkan Shani dan Viny yang sedang mengobrol.

Genggaman yang semula terasa ditangan Anin mulai terlepas perlahan. Bahkan seseorang yang semula berdiri disampingnya mulai menjauhi dirinya. Menjaga jarak dengannya. Entah karena apa, Anin tidak tahu.

Langkah Gracia membawa dirinya juga gadis di belakangnya ke taman belakang. Duduk di sebuah saung kecil yang dibangun di sana.

"Kamu masih marah? Dari tadi aku didiemin, aku ajak ngobrol gak disautin. Ge, maafin aku." Anin berlari kecil dan berdiri dihadapan Gracia yang terus menatap lurus ke depan sana. Ia menggenggam kedua tangan Gracia dengan lembut, diciumnya punggung tangan itu sesekali.

"Aku gak sempet minta maaf bahkan nyegah kamu saat itu. Aku malah minta kamu pergi dan gak ikut campur urusan aku. Tapi kan malam itu kita ngobrol, Gre. Masa kamu masih marah sih? Maafin aku, ya? Pleaseee," Anin menyatukan dua tangan Gracia yang digenggamnya. Memohon dengan telapak tangannya yang masih menggenggam lembut tangan itu.

"Aku mohon.."

Mata Gracia mulai menatap wajah Anin dengan seksama. Sebenarnya, ia merindukan sosok dihadapannya yang sedang memohon padanya sambil menggenggam tangannya. Tapi, perasaan menyakitkan itu masih terasa sulit untuk dihilangkan.

"Ge.." Panggil Anin dengan manjanya.

Gracia memutar bola matanya malas.

"Ge, ngomong dong ih!"

Sret-

Keduanya sama-sama terdiam saat bibir mereka bertemu dengan sengaja. Terlebih lagi Anin. Ia sangat terkejut saat Gracia menarik wajahnya dan mencium bibirnya. Bahkan, matanya masih membulat tak percaya. Karena ini merupakan yang pertama untuknya.

"Mmp.. Ge.." Panggil Anin dengan suara sedikit tertekan.

Perlahan, matanya mulai terpejam mengikuti permainan yang dimulai oleh Gracia. Tangan yang semula mencengkram pergelangan tangan Gracia kini mulai terhempas begitu saja. Tangan kiri Gracia yang melingkar dipinggang Anin, mulai menariknya sedikit. Membawa Anin agar duduk di pangkuannya.

Anin sebagai pemula tentu saja mengikuti permainan ini. Kini ia duduk di pangkuan Gracia, dengan kedua tangannya yang melingkar dileher adik kecil Viny. Ia sedikit memiringkan kepalanya, memberikan ruang untuk Gracia agar bisa bermain lebih di dalam rongga mulutnya.

Suara desahan terdengar begitu pelan dan lembut di telinga Gracia. Gadis itu tersenyum manis dalam ciuman itu. Gracia mulai memainkan bibir Anin dengan gigitan-gigitan kecil, yang lagi-lagi Anin mengeluarkan desahannya yang entah bagaimana membuat gairah Gracia bertambah semakin menjadi-jadi.

"Ngg.. Ge.."

Mendengar Anin terus mendesah begitu lembut, Gracia pun mengakhiri permainan keduanya dengan mencium lembut ujung hidung Anin yang mancung. Ia tersenyum manis setelahnya.

Re:I'am [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang