Mereka pun keluar dari bioskop setelah film selesai. Didahului oleh Viny dan Lidya, kemudian Shani, Anin juga Gracia.
Ketika berada di dalam bioskop, Viny duduk tepat dibelakang Shani. Menonton film Signal 100 yang membuatnya tercengang.
Rencana yang awalnya hanya untuk memperhatikan setiap gerak-gerik Shani malah menjadi teralihkan ketika film Signal 100 sudah mulai diputar.
Pun dengan Lidya yang duduk disampingnya terus menonton film bergenre thriller-mistery itu dengan seksama. Bahkan, rasa laparnya pun hilang.
Tapi...
Viny dan Lidya lebih dulu pergi dari bioskop. Mereka berdua kini berjalan menuju lobby. Akan berpisah karena hari sudah cukup malam.
Lidya yang pergi begitu saja setelah mengantarkan Viny ke lobby membuat Viny senyum-senyum sendiri. Sesekali dia tertawa karena ingat sesuatu.
"Yes, gak jadi traktir. Duit gue aman," gumam Viny.
Saat dibuat menunggu, Viny membuka ponselnya kemudian mendial nomor seseorang. Dia meneleponnya sambil berjalan pergi menuju basemant.
"Gre, Kakak tunggu di basemant ya," ucap Viny.
"Iya, Kak. Siap,"
Gracia pun berjalan ke arah basemant bersamaan dengan Anin juga Shani. Mereka sama-sama memarkirkan mobilnya di sana. Sesekali canda tawa menyertai obrolan mereka. Dan sesekali juga...
... Anin memandangi wajah samping Gracia yang terlihat cukup manis.
"Aku sampe sini aja," ucap Gracia.
Shani tersenyum manis seraya mengangguk, "Dah! Hati-hati, Gre,"
"Hati-hati juga, Ci. Love you," senyum Gracia.
"Hih. Gembel," gumam Anin.
"Iri bilang boss," seru Gracia sambil memeletkan lidahnya.
Anin yang sudah benar-benar kesal dengan Gracia pun segera pergi mendahului Shani. Dia meninggalkan Shani yang sedang menertawakannya.
Andai Shani tahu..
Kalau Anin..
Terus mencengkram kuat ujung baju yang dia pakai.
"Yaudah, kamu pulang sama siapa?" tanya Shani.
Gracia mengusap lehernya gugup karena ditinggal berdua bersama Shani, "Sama Kakak aku sih, ini mobilnya," serunya sambil menunjukan mobil miliknya.
Shani hanya mengangguk kemudian melirik ke kaca, menelisik masuk ke dalam. "Beneran enggak sendiri, kan?" tanya Shani.
"Hm. Sama Kakak aku, kok. Tuh orangnya lagi nundukin kepala aja," ucap Gracia.
"Salam buat Kakak kamu ya," seru Shani. Dia pun pamit pergi lebih dulu. Merasa tidak enak pada Anin yang pasti sudah menunggunya.
Gracia yang sudah berdiri sendirian pun menghembuskan napas lega.
Jantungnya berdetak cukup kencang sejak tadi.
×××
Anin masuk ke kamar lebih dulu setelah mereka sampai di rumah. Dia menghiraukan Shani yang terus memanggilnya.
Emang, hatinya ini gak bisa diajak kompromi.
Anin menjatuhkan tubuhnya. Menutupi wajahnya dengan bantal. Kakinya dia naik-turunkan, merengek layaknya anak kecil. Ini bukan pertama kalinya dia seperti sekarang. Mungkin sudah menjadi yang kesekian kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re:I'am [END]
Fiksi PenggemarTerkadang, seseorang jauh lebih tahu tentang kita, dibandingkan diri kita sendiri. Dan semua itu terjadi pada ke-empat gadis yang saling berhubungan.