Langit sudah menggelap, itu artinya hari pun sudah semakin malam.
Aku menatap ke jendela samping, dimana jendela itu adalah jendela kamar adik kandung ku. Dia Gracia.
Mungkin sedikit menjengkelkan melihat dirinya yang sedang menatap rembulan dengan secangkir cokelat hangat ditangannya. Aku bisa merasakan betapa tertekannya dia saat sadar hubungan ku dan Shani akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius.
Mencintai dalam diam.
Itu adalah awal mula aku mencintai Shani. Gadis cantik bak bidadari yang berstatus sebagai teman dari adik ku, ternyata sudah bisa menarik perhatian ku darinya. Tapi hubungan kami tak berjalan mulus. Sejak saat itu kami mulai dekat satu sama lain, bahkan terhitung sudah lebih dari dua tahun.
Dan tanpa aku sadari, ternyata dia menyimpan perasaan lebih pada Gracia.
Ah, rasanya menyakitkan.
Detik itu juga, hubungan ku dengannya putus. Padahal kami baru jadian beberapa minggu. Dan masalah-masalah pun mulai datang. Dari yang terkecil bahkan sampai pada hal yang aku sendiri tidak mengetahuinya.
"Gre!" Aku menoleh ke bawah saat seseorang memanggil Gracia dari bawah sana. Aku mengerutkan kening. Menatap dengan samar siapa gadis dibawah sana. Dia memiliki perawakan yang cukup tinggi dan tidak begitu gemuk.
Bukannya dia Okta?
"Bisa turun gak?"
Niat hati ingin memanggil Gracia, tak dapat aku ikuti. Aku malah membiarkannya turun dan menemui mantan kekasihnya itu.
Ada satu hal yang aku takutkan jika Gracia menemui Okta.
Bukankah sangat mudah untuk kita kembali mencintai orang yang sama?
"Apa gue harus ngalah mulai dari sekarang?"
***
Viny berdiri di depan pintu rumah Shani yang sangat tinggi itu. Ia mengancingkan blazer navy miliknya. Tidak mengetat, namun terlihat sangat pas di tubuhnya. Gadis berambut sebahu itu terlihat seperti seorang pemilik perushaan. Terlihat sangat rapih dan menawan. Daya pikatnya perlahan semakin meningkat jika ia mengenakan stelan jas seperti ini.
Senyumnya terus mengukir, padahal kekasihnya belum juga keluar dari rumahnya. Helaan napas kasar keluar dari bibirnya. Tangannya terangkat mengusap tengkuknya.
"Emang dasar cewek. Lama banget kalo make-up." Viny berdecak kesal kemudian berbalik. Ia menyilangkan kedua tangannya. Menghentak-hentakkan kakinya ke lantai, merasa kesal dengan Shani yang memintanya untuk menunggu sebentar lagi.
"SHAN! LAMA BANGET SIH!"
"Gak tau apa gue udah rapih kayak gini,"
"Ih, yaudah sih. Maaf. Gak usah ngeluh kayak gitu." Viny memutar bola matanya malas saat Shani berhasil memeluknya dari belakang. Sungguh, wangi tubuh Shani belakangan ini menjadi candu untuknya. Dan Viny sangat menyukainya.
Viny melepaskan tangan Shani yang melingkar dengan rapih diperutnya. Ia berbalik menatap gadis itu tanpa ekspresi. Padahal, jika dilihat-lihat Shani ini sangat cantik. Memakai dress hitam selutut dan heels yang tidak begitu tinggi.
"Ayo ah," Tarik Viny membuat Shani mendengus sebal.
"Kak, kamu gak mau puji aku gitu?" Tanya Shani yang sudah berjalan dibelakang Viny.
"Bosen."
"Ih kakak!"
"...."
Viny berjalan lebih dulu tanpa memperdulikan Shani yang sudah berada di mode ngambek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re:I'am [END]
FanfictionTerkadang, seseorang jauh lebih tahu tentang kita, dibandingkan diri kita sendiri. Dan semua itu terjadi pada ke-empat gadis yang saling berhubungan.