26. Pilihan

965 104 27
                                        

"Kamu mau nikah sama aku?"

Shani diam mematung saat Viny sudah berlutut di hadapannya sambil menjulurkan kotak merah berukuran kecil yang berisikan sebuah cincin. Air matanya seketika menetes saat itu juga. Ia bahkan tidak menyangka bahwa Viny akan seserius itu menjalin hubungan dengannya. Teringat kejadian lalu dimana dia dengan bodohnya menyakiti Viny.

"Kak.."

Viny menghembuskan napasnya dengan kasar. Dia beranjak bangun, menatap Shani dengan tatapan seolah bertanya.

"Ya, kalau kamu gak mau juga gapapa sih.." ucap Viny. "Aku bisa sama Sinka."

Deg!

Viny tersenyum manis. Ia mulai menyimpan kotak cincin tersebut di atas nakas. Membiarkan Shani menangis dalam diamnya. Setelah itu dia berjalan mendekati Shani, memeluk gadis itu dengan erat.

Tangannya yang lembut mulai mengusap rambut Shani. Berusaha menenangkan gadis itu dalam dekapannya.

"Maksud kamu apa bilang gitu?" lirih Shani.

"Enggak, sayang. Aku bercanda," bisik Viny penuh keyakinan.

"Gak mungkin. Jelas-jelas tadi kamu ngomong gitunya serius kak,"

"Hey.." Viny menarik dengan lembut pelukannya tersebut. Menangkupkan tangannya di pipi Shani. "Sampai kapan pun, aku akan tetap cinta sama kamu. Jadi, ayo kita nikah."

"Kak.."

"Hm? Gimana?"

"Aku—"

"Kalau kamu mau nikah sama aku, cium aku. Kalau kamu nolak aku, cium aku juga." ucap Viny dengan memamerkan senyum lebarnya.

"Ish!"

Viny tertawa dengan puasnya saat Shani berhasil memukulnya dengan cukup kencang. Namun, tawa itu seketika terhenti saat Shani berhasil menarik wajah Viny dan mencuri ciuman secepat kilat di bibir Viny.

Gadis itu menundukan kepalanya. Tersenyum malu saat Viny sudah menatapnya.

"A-aku mau, kak."

"Masa?" tanya Viny.

Dalam hitungan detik, Shani kembali menatap Viny dengan bingung. "Kenapa? Kan tadi aku udah cium kamu,"

"Ya masa ciumnya cuma gitu doang,"

"Ck."

Shani melepaskan genggaman tangan Viny, beralih pada kenop pintu untuk keluar dari kamar gadis berambut sebahu tersebut. Dengan cepat, Viny menarik tangan Shani dan membanting dengan kasar pintu kamarnya.

Mencuri start pertama dalam ciuman tersebut. Membiarkan tubuh Shani bersandar pada pintu sambil menikmati lembutnya bibir Viny yang mulai menelisik masuk ke dalam rongga mulutnya.

Tangannya perlahan melingkar di leher Viny, membiarkan Viny mengusap lembut punggungnya bahkan sesekali menekan tengkuk gadis bak bidadari tersebut.

Aksinya perlahan membawa mereka ke arah tempat tidur. Dimana Shani mulai duduk di tepi tempat tidur tanpa melepaskan ciumannya tersebut. Membiarkan Viny mendorongnya pelan agar terbaring dan dapat lebih leluasa melakukan sesuatu hal yang tidak pernah mereka lakukan.

"Kamu milik aku, Shan." bisik Viny seduktif tepat disamping telinga Shani, lalu mulai menggigit daun telinga gadis itu. Beralih turun ke leher dan bermuara kembali di bibirnya.

Kini, hal yang dilakukan keduanya sudah di luar kesadaran masing-masing. Entah mereka akan melakukannya jauh lebih dari ini atau cukup sampai di sini.

Re:I'am [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang