17. Selesai

1K 121 23
                                    

Viny melemparkan tasnya ke sembarang arah, lalu mulai menjatuhkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Kedua sahabatnya yang sejak tadi sudah berada di kamar Viny hanya bisa menatap aneh sahabatnya itu.

"Kenapa lu?"

"Tau. Gak biasa banget balik-balik muka ditekuk gitu,"

Viny diam. Dia malah memejamkan matanya kuat-kuat. Tapi, yang dia dapatkan bukannya ketenangan, melainkan bayang-bayang wajah Shani saat menangis dalam dekapannya.

Tangannya mencengkram kuat selimut yang ada di kasurnya.

"Arghhhh!"

Bug!

"Berisik cungkring!" seru Lidya setelah berhasil melempar bantal tepat ke wajah Viny.

"Heh! Pulang sana lu!" usir Viny.

"Ya lagian lu pake acara teriak-"

"Udah-udah." Yona menjeda film yang sejak tadi dia tonton. Bola matanya menatap Viny dengan serius. "Lu sebenernya kenapa?" tanya Yona pelan. Berhasil membuat Viny dan Lidya terdiam dengan pertengkaran tidak pentingnya itu.

"Gue.."

Viny mengepalkan kedua tangannya kuat. Mencoba mengatur pernafasannya yang masih memburu sampai detik ini.

"Putus sama Shani."

"HAH?!"

"KOK BISA?!"

"LU APAIN SHANI CUNGKRING!"

"GAK LU PEGANG-PEGANG KAN DIA?!"

"JAWAB!"

Viny memejamkan matanya kuat. Kedua sahabatnya sungguh tidak bisa membuatnya kembali tenang. Dia mengacak rambutnya frustrasi kemudian mengambil bantal dan mulai menutup wajahnya.









"Harus kah kita putus?" Viny mundur beberapa langkah. Menjaga jaraknya dengan Shani.

"Kak.."

"Harus kita putus?" tanya Viny jauh lebih terdengar lirih. Shani berjalan pelan mendekati Viny. Begitu pun Viny yang terus mundur ke belakang, hingga tubuhnya terhenti karena dinding.

Viny tersenyum getir. Kepalanya tertunduk. Nafasnya sedikit tercekat.

"Jadi, selama ini a-apa?" tanya Viny dengan suara bergetar.

Jarak yang hanya terpaut beberapa centi itu, membuat Viny semakin sulit bernafas. Dadanya sakit. Sangat menyakitkan. Tangannya mengepal kuat. Dia adukan dengan dinding yang siap menjadi pelampiasannya.

Shani menggigit bibir bawahnya. Air matanya terus membasahi pipinya. Merasa sakit melihat Viny yang biasa tersenyum, kini tengah menangis karena dirinya.

Gadis itu mengulurkan tangannya. Menggenggam lembut tangan Viny, membuat kepalan tangannya melemah.

"Jadi selama ini kita jalanin hubungan apa?!" Viny terus menunduk tanpa menolak genggaman tangan Shani.

"Kakak, maafin aku.."

"Apa ini namanya cinta tanpa balasan? Apa selama ini aku cuma cinta sendirian?!"

"Kakak.."

"Kenapa selama ini kamu bohongin aku kalau kamu gak kenal Gracia? Padahal kamu jauh lebih cinta dia di banding aku!" Viny menghempaskan kasar tangan Shani yang menggenggamnya. "Selama ini, karena ketidaktahuan aku, hati aku berubah jadi sakit, Shan. Aku kira aku adalah orang yang selalu tau berbagai hal tentang kamu, tapi nyatanya aku salah.." Viny tersenyum miris. Dia berjalan melewati Shani yang masih menangis.

Re:I'am [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang