23. Lagi Dan Lagi

919 99 15
                                        

"Gre!"

Anin menarik paksa tangan Gracia yang hendak dilayangkan ke wajah Pucchi. Dia menggenggamnya kuat, berusaha untuk menenangkan gadis disampingnya.

Wajahnya merah padam. Gracia benar-benar terlihat marah. Napasnya pun memburu, membuat Anin yang melihatnya sangat khawatir.

Sedangkan gadis dihadapannya terlihat nampak sangat tenang. Wajahnya yang datar-datar saja jelas membuat Gracia kepalang emosi. Mengingat bagaimana teganya dulu dia menyakiti Anin. Membuat gadis itu menangis tujuh hari tujuh malam.

"Mau apa lo ke sini?" tanya Gracia nyaris berbisik.

"Ge.."

"Ini Mall, siapa pun bebas untuk dateng. Kenapa? Lo takut gue akan nyakitin Abin lagi, hm?"

Bola mata tajam milik Anin mulai menatap Pucchi dengan sorot pandang dingin. Tatapan keduanya bertemu.

"Abin.."

Anin mengerutkan keningnya bingung. Dia dapat melihat bola mata Pucchi melirik ke arah kalung yang dipakai Anin. Gadis itu tersenyum manis.

"Bukannya lo masih cinta sama gue?"

Deg!

"Maksud lo apa?" kesal Gracia. Dia melepaskan genggaman tangan Anin lalu berjalan mendekati Pucchi yang sedang tersenyum manis.

"Lo kenapa sih?" tanya gadis berambut semi panjang itu. Dia melepaskan tangan Gracia yang sudah menarik bajunya. Kemudian dia hempaskan dengan kasar, membuat deru napas Gracia semakin memburu. "Kenapa lo setakut itu Anin gue apa-apain? Tenang aja. Gue pernah sama dia. Gue tau dia gimana, jauh sebelum lo sama dia. Gue jauh lebih tau dia dibanding lo." ucap Pucchi penuh penekanan.

"Kalau lo emang jauh lebih tau dia dibanding gue, kenapa lo harus nyakitin dia? Buat dia nangis seolah gak ada orang yang lebih baik lagi di dunia? Dia, ngerasa terpukul saat lo ninggalin dia sama cewek-cewek gak jelas itu!"

Bug!

"Ge!"

Satu pukulan berhasil melayang ke pipi Pucchi. Gadis itu terhuyung beberapa langkah ke belakang. Meringis pelan saat darah mulai terlihat diujung bibirnya. Pucchi tersenyum miring. Dia berjalan mendekati Gracia. Hendak memukul balik gadis berwajah manis itu. Namun, dengan cepat Anin berdiri di depan Gracia. Membelakangi gadis itu dengan kedua tangan terkepal erat. Pun membuat Pucchi menurunkan tangannya.

"Cukup."

"Ini gak adil, Bin! Dia udah mukul gue!"

"Nin, biarin gue hajar dia.." bisik Gracia.

"Ge. Udah."

Anin menarik napas.

"Udah cukup."

"Bin.."

"Gue bilang cukup!" kesal Anin pada kedua gadis itu.

Sedetik kemudian, tanpa menjelaskan apapun, bahkan tanpa meminta maaf, Anin menarik paksa Gracia untuk pergi dari sana. Meninggalkan Pucchi yang masih terdiam mematung melihat kepergian Anin.

Dalam hatinya, Anin menangis sejadinya.

Mengapa keduanya harus bertemu diwaktu yang tidak tepat?

Gracia masih menyimpan dendam penuh amarah pada Pucchi. Dia jelas saja tidak bisa menahan emosi jika sudah bertemu Pucchi. Dan pertengkaran itulah yang tidak diinginkan oleh Anin.

"Kita pulang."

Anin terus menarik Gracia menuju basemant. Mencengkram kuat tangan gadis itu tanpa memperdulikan rasa perih.

Re:I'am [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang