11. Terulang

989 115 35
                                        

Gracia membaringkan tubuhnya saat letih mulai menyerang. Dia baru saja kembali dari tempat Ibunya berada, setelah beberapa hari lalu Viny mengantarkannya ke sana. Tempat yang sudah lama tidak dia kunjungi, tempat yang berlokasi di Bandung.

Ibunya tidak ingin menempati rumah ini. Rumah yang hingga detik ini menjadi milik Viny dan Gracia. Alasannya hanya satu. Beliau tidak ingin semua kenangan bersama almarhum suaminya atau bisa kita sebut almarhum Ayah dari Viny dan Gracia kembali teringat di kepalanya.

Gracia pun memejamkan matanya saat kemarin dia melihat air mata jatuh membasahi pipi sang Ibu.







"Kak Viny, di sini!" tunjuk Gracia pada dua ayunan yang bersebelahan itu. Dia berlari kecil menuju ayunan tersebut, duduk terlebih dahulu sambil menunggu Viny yang sudah berjalan mendekati dirinya.

"Ayun sendiri ya,"

"Mana bisa."

"Harus bisa. Kamu harus mandiri."

"Ah, enggak ah. Males."

Viny menghembuskan napas kasar. Dia berjalan memutar, berdiri dihadapan Gracia. Perlahan, Viny berlutut. Mengangkat sedikit kepalanya untuk menatap adik kecilnya itu.

"Jangan males, Papah gak suka anak yang males. Inget ya, Gre, kalau kamu males, terus kamu punya pacar, nanti pacar kamu bakalan kakak ambil." jelas Viny membuat Gracia memanyunkan bibirnya.

"Apaan. Dapetin pacar itu susah tau, masa kak Viny main ambil-ambil aja pacar aku."

Viny terkekeh. "Emang kamu punya pacar? Coba kasih tau kakak siapa pacar kamu,"

"Tuh!" tunjuk Gracia pada seorang gadis berperawakan tinggi. Bahkan lebih tinggi dari Viny.

Viny pun menoleh ke belakang. Dia terdiam beberapa saat menatap gadis bertubuh tinggi tengah berjalan mendekati mereka berdua.

"Kamu siapa?" tanya Viny.

"Okta. Aku Okta, kak."

Okta tersenyum lebar ke arah Viny. Bola matanya melirik Gracia sambil mengacungkan ibu jarinya. Gracia terkekeh melihat tingkah kekasih jangkungnya itu. Dia pun menepuk-nepuk ayunan di sampingnya. Mengisyaratkan agar Okta duduk di sebelahnya.

"Kamu pacarnya Gre?"

Okta mengangguk mantap.

"Tentu saja, bukan!"

"Ta!"

"HAHAHA. Bercanda Ge,"

"Kok mau sih?" lanjut tanya Viny.

"Kak Viny nanyanya kok gitu sih?" Gracia memberengut sebal sambil melempar syal yang sebelumnya diberikan Viny.

"Gak tau aku juga Kak. Kok mau-maunya sama manusia nyebelin, alay, gak tau diri kayak dia," jelas Okta.

Ungkapan itu seolah menjadi hal terlucu bagi Viny. Karena, Okta ini ternyata sepemikiran dengannya.

"Tinggalin aja kalo gitu," sahut Viny.

Okta diam.

Dia kemudian menatap Gracia dengan tatapan menggoda.

"Aku gak bisa ninggalin dia, kak."

"Kenapa?"

"Dia gak pantes buat di sakitin."









Re:I'am [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang