Ting!
Bell rumah mewah milik Shani terus berbunyi. Seorang gadis cantik dengan pakaian serba hitam dengan bawahan rok hitam pendek terus membunyikan bell rumah mewah tersebut.
Di sebelahnya ada seorang gadis pula namun sepertinya memiliki kepribadian yang berbeda. Tidak terlalu feminim seperti gadis disampingnya. Dia menggunakan celana levis panjang, memakai t-shirt hitam polos yang dibalut oleh kemeja flanel.
"Lo yakin rumahnya di sini, Chik?"
"Iye.."
"Bener gak nih?"
"Astagfirullah, gak percayaan banget lo ama gue, bang."
Gadis tomboy disampingnya terkekeh. "Tar juga mualaf lo, sering banget istighfar dibanding gue,"
Chika.
Gadis cantik yang masih berdiri dengan anggunnya masih terus membunyikan bell rumah tanpa merasa bosan. Ada sesuatu hal yang membawa dirinya berada di sini saat ini. Salah seorang pemilik rumah ini memanggil Chika untuk datang.
Sedangkan gadis di sampingnya, gadis tomboy yang sejak tadi terus mengeluh karena panas. Berbeda dengan Chika, tujuan dia datang ke rumah ini hanya untuk menemani gadis di sampingnya.
Sebut saja dia,
Vivi.
"Telefon aja lah, panas." gadis berambut pendek itu terus mengeluh.
"Ngeluh mulu lo,"
"Gue tinggal pulang lu ye,"
Chika menoleh dengan wajah paniknya. "Ya jangan. Jahat amat lo. Sini dulu lah, temenin gue. Nanti pulangnya kita mampir.."
"Mampir kemana?" kesal Vivi.
"Rahmatullah."
"Astagfirullah, Chik. Kamu ini berdosa banget,"
Chika tertawa puas melihat ekspresi yang diperlihatkan oleh Vivi. Sedetik kemudian pintu gerbang terbuka dengan memperlihat seorang ART yang sepertinya di dalam sana dia sedang memasak.
"Cari siapa mba?"
"Akhirnya.." gumam Vivi.
"Kita temennya kak Anin. Tadi disuruh mampir dulu ke sini sama kak Anin," ucap Chika dengan sedikit bangga(?)
"Oh.. Masuk dulu, mba."
"Makasih, Bi."
Chika dan Vivi berjalan berdampingan. Mengikuti si ART yang sudah berjalan lebih dulu di depan mereka.
"Kok lu bangga banget tadi bilangnya?" bisik Vivi.
"Iyalah. Rumahnya gede banget, harus bangga.."
"Ya Tuhan, Chik. Gak habis pikir gue,"
"Ah, bang. Lo juga gak pernah kan masuk ke rumah semewah ini? Ngaku lo. Seneng juga kan?"
Vivi mengangguk-anggukkan kepalanya samar. "Ya seneng sih, cuma gue gak kayak lo."
"Beruntung lo nemenin gue, bang. Bilang apa?" tanya Chika dengan menaik-turunkan kedua alisnya.
"Ha? Apaan?"
"Bilang apa?"
"Apaan si Chik?"
Chika berdecak sebal. "Makasih gitu,"
"Ya, sama-sama." senyum Vivi dengan lebarnya. Hingga sebuah pukulan melayang di pundaknya.
"Nyebelin banget si lo!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Re:I'am [END]
FanfictionTerkadang, seseorang jauh lebih tahu tentang kita, dibandingkan diri kita sendiri. Dan semua itu terjadi pada ke-empat gadis yang saling berhubungan.