Shani memarkirkan mobilnya di depan rumah seseorang. Gerbang yang tertutup rapat itu membuat Shani semakin yakin, bahwa di dalam sana hanya ada orang yang dicarinya. Karena terlihat dari luar, rumah ini nampak seperti rumah yang tak berpenghuni.
Namun, saat hendak keluar dari mobil, Shani melihat seorang gadis keluar dari rumah. Terlihat sedang menunggu.
Kerutan di dahinya seketika terlihat. Pikirannya bertanya-tanya akan hal yang dilakukannya di luar nanti. Saat disibukkan dengan pikirannya, tibalah sebuah mobil sedan berwarna hitam dan berhenti di depan gadis itu.
Seketika beribu-ribu pertanyaan kembali muncul dalam otaknya saat gadis itu masuk dan duduk di kursi samping kemudi. Membuat Shani semakin yakin bahwa ada orang lain di dalam sana.
"Kamu mau kemana, Ge?" gumamnya.
Shani mulai mengambil alih untuk segera mengikuti mobil yang baru saja pergi dari hadapannya. Tetapi, tiba-tiba saja sebuah panggilan masuk menghentikan aksinya.
Gadis itu menoleh, mendapati nama Viny tertera di layar ponselnya.
Lagi dan lagi.
Dia melupakan Viny. Padahal, tujuan awal dirinya datang ke pekarangan ini adalah untuk menemui Viny. Membahas sesuatu hal yang mengganjal di hatinya dan juga...
... Hal yang akan Viny katakan padanya.
Klik!
"Iya, kak?" Shani mematikan mesin mobil yang sempat menyala lagi. Dia bersandar di punggung kursi kemudi sambil menatap lurus ke luar sana.
"Kamu udah sampe mana, hm?"
Bola mata Shani melirik pada sebuah papan nama yang tertera di depan gerbang, GREVIN.
"Hati mu, kak." sahut Shani.
Terdengar helaan napas dari seberang telefon sana. Shani semakin dibuat takut karena sejak di rumahnya sebeluk perjalanan menuju rumah Viny, gadis berambut sebahu itu nampaknya tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
"Kamu kenapa?" tanya Shani yang mulai merasa khawatir.
"Aku baik-baik aja,"
Mendengar suara Viny yang cukup lemas, membuat Shani memutuskan untuk segera masuk ke dalam. Dia keluar dari mobil membawa tas selempang miliknya, tak lupa membunyikan alarm mobilnya.
Sambil memegangi ponsel yang masih menempel di telinganya, Shani mulai berjalan masuk ke dalam rumah Viny.
"Kamu gak baik-baik aja, kak. Aku tau itu,"
"Indira.."
Shani semakin mempercepat langkahnya saat Viny kembali memanggilnya dengan sebutan Indira. Memasuki rumah Viny tanpa izin karena pada dasarnya, ART di rumah ini sudah sangat mengenal Shani juga Anin.
"Kamu kenapa?" lagi, Shani kembali bertanya, namun tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Viny.
"Kamu udah di mana?"
Tangan Shani terulur membuka kenop pintu kamar Viny. Mendorongnya dengan pelan hingga tidak membuat Viny menoleh. Shani mematikan panggilan mereka secara sepihak. Berjalan mendekati Viny yang tengah duduk di meja belajarnya, sambil menatap layar ponsel yang memperlihatkan dirinya dan juga Shani tengah tersenyum.
Shani menyimpan tasnya di atas kasur, kemudian mulai berdiri di belakang Viny. Dia memutar kursi yang di duduki oleh Viny, kemudian mulai melingkarkan tangannya di leher Viny.
Tatap mata mereka kembali bertemu. Entah, tatapan seperti apa yang Viny berikan. Sangat teduh dan menenangkan, sehingga membuat Shani tidak bisa beralih dan kembali membuat dadanya berdesir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Re:I'am [END]
FanfictionTerkadang, seseorang jauh lebih tahu tentang kita, dibandingkan diri kita sendiri. Dan semua itu terjadi pada ke-empat gadis yang saling berhubungan.