18. Curhat

1K 119 14
                                    

"Ayo kita pacaran!"

Senyuman Anin tak kunjung pudar mengingat Gracia yang langsung memeluknya kala itu. Dia benar-benar menangis di hadapan Gracia. Menumpahkan segala resahnya sejak dulu. Menumpahkan semua rasa bahagianya di hadapan Gracia.

Bahkan, hingga detik ini saat kalimat itu terngiang-ngiang di kepalanya, Anin masih terus mengelurkan air mata bahagianya.

Apakah akan semenyenangkan ini?

Tentu.

Setidaknya, Anin mendapatkan balasannya setelah sekian lama menyimpan perasaannya pada Gracia. Menyukai gadis itu secara diam-diam. Bahkan rela merasakan sakit yang bertubi-tubi hanya untuk seorang Gracia.

Namun, dalam kebahagiaannya yang terus-menerus dia perlihatkan, ada satu pertanyaan yang terus terbayang di otaknya.

"Apa lo beneran suka sama gue, Ge?"

Gadis itu membaringkan tubuhnya. Membiarkan dirinya menatap langit-langit kamar. Entah mengapa, tiba-tiba saja hatinya menjadi tidak tenang. Hanya karena satu pertanyaan yang terlintas di kepalanya.



Ceklek!




Anin menolehkan kepalanya, mendengar suara pintu yang terbuka. Sedetik kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke langit-langit kamar, membiarkan gadis yang sudah berdiri diambang pintu itu untuk masuk ke dalam kamarnya.

Gadis itu duduk di kursi depan Anin.

"Kenapa?" tanya Anin.

Gadis itu diam.

"Kamu inget pulang juga?" kembali tanya Anin.

Hembusan napas kasar keluar dari bibir keduanya.

"Aku udah pulang dari dua hari lalu, tapi kamu gak ada di rumah."

"Apa penting?" dingin Anin.

"Abin.."

Anin menghela napas berat. Dia beranjak lalu duduk ditepi tempat tidur. Menatap gadis bak bidadari itu dengan dingin.

"Aku minta maaf.." lirih gadis itu.

"Ci Shani dateng cuma buat bahas masalah yang sama? Aku udah lupain itu." Shani menatap Anin dalam diam.

Dia bisa melihat sorot mata yang dipancarkan Anin, terlihat sebuah rasa sakit di dalamnya. Shani pun beranjak bangun. Dia berlutut di hadapan Anin seraya menggenggam kedua tangan Anin.

"Maafin aku.."

"Ci, bangun."

Shani menggelengkan kepalanya.

"Ci, udah. Aku bener-bener udah lupain masalah itu. Sekarang udah gak ada yang harus kita bahas lagi, ya? Ayo sama-sama kita lupain hal itu.." Anin menarik tangan Shani untuk segera berdiri. Dia amat sangat tidak tega melihat Shani yang lagi-lagi harus menangis.

"Kenapa?" tanya Shani pelan nyaris berbisik.

Anin yang mendengar hal itu mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa aku gak pernah bisa berubah?" Mendengar hal itu, Anin semakin menatap Shani penuh tanya. Dia merasa ada sesuatu hal yang ingin Shani katakan padanya.

Shani menundukan kepalanya. "Aku sakit.."

"Kamu kenapa?"

"Aku sakit jauh dari kak Viny."

"Maksud ci Shani apa?"

Shani mencengkram kuat lengan baju yang dipakai Anin. "Aku.."

Raut wajah Anin seketika berubah ketika dia mulai menyadari sesuatu. "Kalian putus?!" tanya Anin yang dijawab anggukan oleh Shani.

Re:I'am [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang