07. Jalan-jalan (b)

1K 116 23
                                        

"Sinka, lepasin tangan aku sepuluh menit aja."





Viny menghentikan langkahnya saat dia sudah berjalan beberapa meter setelah keluar dari restaurant Jepang yang ada di Mall. Tangannya memegang lengan gadis bernama Sinka agar segera terlepas dari tangannya.

Sebenarnya, Viny merasa tidak nyaman jika harus jalan sambil gandengan ala-ala pernikahan. Dia tidak bisa melakukan hal itu. Selain sedikit kesulitan saat berjalan karena ada tangan lain yang menyangkut di tangannya, dia juga harus menjaga jarak dengan Sinka karena mereka bukan siapa-siapa. Bukan sepasang kekasih.

Viny hanya diminta untuk menemani gadis berwajah lucu layaknya panda itu sebelum dia kembali ke Jepang guna melanjutkan studinya.

"Iya. Maaf.." ucap Sinka pelan.

Hembusan napas kasar keluar dari bibir Viny. Matanya mengitari sekitar. Mendapatkan tempat penjual es krim. Langkahnya membawanya ke sana. Memesan satu es krim dengan varian rasa.

Setelah mendapatkannya, Viny langsung memberikannya pada Sinka yang menunggunya dibelakang tanpa banyak bicara.

Sinka?

Jelas saja dia terlihat senang. Secuek apa pun Viny padanya, tetap saja dia akan di nomor satu kan ketika mereka sedang bersama. Baik sedang berdua atau ketika sedang berkumpul bersama teman-teman mereka.

"Makasih.." ucap Sinka sambil menyuap se-sendok es krim ke mulutnya.

Tanpa banyak berucap, Viny pergi lebih dulu meninggalkan Sinka yang masih asik memakan es krim. Tangannya yang menganggur segera di sambar oleh Sinka. Langkah keduanya kembali terhenti.

"Apa lag—"

"Enak, kan?" tanya Sinka setelah berhasil menyuapi Viny se-sendok es krim dengan rasa Vanilla.

Viny tersenyum satu detik. Kemudian langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar. Dia kembali berjalan tanpa menghiraukan ocehan Sinka.

Gadis itu sudah memasuki semester lima di Yokohama University of Art and Design, tapi dia terus saja bersikap layaknya anak kecil yang menggemaskan saat dihadapan Viny.

"Kamu emang gak kangen aku?" tanya Sinka masih dengan ocehan randomnya.

"Enggak."

"Ikut aku aja yuk, temenin aku di sana."

"Enggak."

"Kalo di sana aku ada yang nyulik gimana? Kamu gak kasian sama kak Naomi?"

"Kamu udah lama di sana gak mungkin di culik, Dut." sahut Viny dengan cueknya.

"Ih, penculikan itu enggak ada yang tau Inyii. Bisa aja kemarin-kemarin mereka lagi nargetin aku, makanya aku gak diculik dulu," kesal Sinka walau masih dengan es krim yang masuk ke dalam mulutnya.

Viny menghembuskan napas pelan. Dia kembali menghentikan langkahnya saat Sinka sudah diam. Sibuk memakan es krimnya yang sejak tadi tak kunjung habis.

Dia sedikit menyerongkan tubuhnya untuk menghadap Sinka. Posisi yang pas. Viny bersandar pada besi pembatas Mall sambil menatap Sinka yang sampai detik ini sibuk memakan es krim.

Viny tersenyum tipis.

"Suapin aku," ucap Viny pelan.

"Ha?"

"Suapin aku,"

"Apa?"

"Suap—"

"Mau juga kan kamu? Tau gitu mah beli dua," sahut Sinka setelah berhasil memasukan es krim ke mulut Viny.

Re:I'am [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang