28. Obrolan Malam (a)

991 102 9
                                    

Viny membuka laptopnya pelan. Kini Ia sudah duduk di meja belajarnya seperti biasa. Jam pun sudah menunjukan pukul sebelas malam dan jari-jari tangannya masih lihai membalas setiap chat yang diberikan Shani.

Dalam laptopnya ia membuka sebuah aplikasi line, membuka room chatnya bersama Shani dan menekan logo bergambar kamera.

Klik!

"Hai," senyum Shani dari kejauhan sana yang bisa dilihat oleh Viny dengan jelas.

Viny tersenyum tipis melihatnya. Netra pekatnya terus menatap Shani dengan dalam begitu lembut. Membuat hati Shani menghangat.

"Video call cuma buat ngeliatin aku?"

Viny menggeleng.

"Kamu pacar virtual ku ya?" tanya Viny.

"Oh, jadi aku cuma pacar virtual?"

Lagi, Viny kembali menggeleng.

"Eum, enggak. Kamu pacar hidup dan mati aku." ucapnya lembut.

Shani tertawa mendengar Viny mengatakan hal itu. Wajahnya memanas. Sangat terlihat jelas bahwa kini, wajahnya memerah. Shani menutup wajahnya malu. Sungguh, Viny memang paling bisa membuatnya malu seperti sekarang.

Ah, pasti lucu. Batin Viny.

"Coba aja aku disamping kamu," Viny mulai bersandar di kursi masih menatap Shani dengan lembut.

"Hm?"

"Pasti lucu liat kamu yang malu gitu."

"Ish, kakak!"

Viny tertawa pelan. Ia melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kamu kangen aku ya? Dari tadi itu mata liatin aku terus. Gak boleh."

"Masa gak boleh?" tanya Viny.

"Iya."

"Kamu punya aku." jawab Viny tegas.

"Apa tandanya kalo aku punya kamu?" tanya Shani berusaha menggoda Viny.

"Cincin yang kamu pake. Kita mau nikah." sahut Viny terdengar lebih dingin.

"Ini bisa di lepas kok,"

Shani mulai memperlihatkan jari manisnya yang terpasang sebuah cincin pemberian Viny. Ia melepaskannya perlahan lalu mulai menyimpannya di meja.

"Udah aku lepas,"

Viny tersenyum tipis.

"Ada yang lain," ucap Viny.

"Apa?"

Viny tersenyum miring menatap Shani. Menunjuk sesuatu menggunakan dagunya.

"Apa kakak?" tanya Shani penasaran.

Tangan Viny terangkat menunjuk lehernya sendiri. Ia tersenyum menggoda dengan alis ia naik turunkan, berusaha membuat Shani malu.

"Hah?!"

Shani segera beranjak bangun dan berdiri di depan cermin. Ia berkaca mengarah pada lehernya yang di sana tertinggal tanda kemerahan. Shani menggeram kesal. Tangannya mengepal kuat. Wajahnya ia tekuk begitu saja. Viny benar-benar menyebalkan.

"KAKAK!!!"

Shani mulai menampakan dirinya di kamera lagi setelah dia berkaca tadi. Wajahnya merah padam, mengundang gelak tawa dari Viny.

"Kamu nyebelin banget sih!"

"Gimana tadi, suka gak?" tanya Viny masih dengan tawanya yang belum menghilang.

Re:I'am [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang