12. Alibi

935 103 26
                                    

"G-gre?"

Viny diam sejenak melihat pemandangan di depannya. Dia meneguk ludahnya susah payah melihat adiknya sedang berciuman dengan seseorang yang bahkan Viny sendiri tidak tahu dia siapa. Jantungnya kini berdetak cukup kencang. Viny mundur beberapa langkah, menutup pintu kamar Gracia tanpa mengeluarkan bunyi.

Dia menyandarkan tubuhnya di pintu, nafasnya terengah-engah layaknya sedang dikejar seseorang.

Detik berikutnya...

"GRE KALO MAU NGAPA-NGAPAIN TUH PINTUNYA DIKUNCI DONG." teriak Viny setelah akhirnya dia memutuskan untuk pergi menjauh dari kamar adiknya.

Di dalam kamar sana, Shani menyudahi ciuman tersebut. Setelah beberapa menit lalu Gracia mulai memainkan bibirnya dalam ciuman itu. Nafasnya benar-benar memburu. Dia menjauhkan wajahnya, namun masih dengan tangan yang melingkar di leher Gracia. Menatap gadis dihadapannya dengan tatapan sulit diartikan.

"Ke-kenapa Ci?" tanya Gracia pelan.

Shani menggeleng. Dia turun perlahan dari pangkuan Gracia, merapihkan bajunya yang cukup berantakan karena Gracia sudah berhasil membuka dua kancing bajunya.

Shani menarik napas panjang. Diam beberapa saat sebelum akhirnya dia pergi ke kamar mandi.

"Gue bodoh banget astaga!" gumam Shani setelah dia berada di kamar mandi. Dia mengusap wajahnya frustrasi. "Kalo kak Viny tau bisa abis gue,"

Helaan napas kasar keluar dari bibir Shani. Dia melirik ponsel yang sengaja dia bawa diam-diam, ada sekitar lima panggilan tak terjawab dari Viny.

"Shan, lo udah berubah. Lo harus berubah demi kak Viny!" gumamnya menguatkan.

Entah mengapa, hatinya benar-benar merasa tidak enak. Harusnya, dia bisa menutupi semuanya hanya dengan mengumpat di salah satu tempat di kamar Gracia, tapi, mengapa dia malah melakukan ciuman yang bahkan dia sendiri tidak ingin memulainya?

Shani mulai mencari kontak Viny di line. Berniat untuk mengabari agar gadis itu tidak berpikir yang tidak-tidak.

Klik!

"Ha-halo, kak?"

"Sayang, kamu dimana?" tanya Viny yang terselip nada khawatir. Shani semakin dibuat tidak enak mendengar suara Viny yang cukup mengkhawatirkannya.

"Hey? Kamu belum sampe juga? Katanya tadi udah di jalan, hm?"

"I-iya.. Kak. Sebentar lagi aku sampe kok,"

"Kamu baik-baik aja, kan?"

"Aku baik-baik aja kak," ucap Shani yang masih berusaha menetralkan rasa takutnya.

"Yaudah, kalo kamu udah sampe, kabarin aku ya."

"I-iya, kak."

"Dah!"

"Kak, tunggu!" ucap Shani yang berhasil menghentikan Viny agar tidak menutup teleponnya.

"Kenapa sayang?"

"Ma-maafin aku! A-aku udah ngelakuin kesalahan besar..."

"Eh?"

"Ma-maaf kak."

Klik!

Shani memutuskan panggilan secara sepihak. Entah mengapa kakinya merasa tidak kuat untuk menahan tubuhnya. Shani menekuk lutut, kemudian mulai mengusap wajahnya frustasi.

Memang benar,

Beda orang lain cerita.

Dulu, dia sering menyakiti orang-orang yang menyukainya, bahkan yang pernah berhubungan dengannya tanpa adanya rasa bersalah sedikit pun.

Re:I'am [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang