Bab 2

981 126 10
                                    

Jihyo

Ia menuntunku ke lantai dansa, membimbingku di antara kerumunan tubuh yang berkeringat panas. Tangannya menggenggam erat tanganku. Tiba-tiba ia berhenti dan berbalik ke arahku, dada kami hampir bertabrakan.

Aku mengangkat kepala dan
menatap mata hitam pekatnya, yang sekarang menatap tajam mataku.
Aku merasa pipiku memerah malu.

Apa yang terjadi...? Tidak ada seorangpun pernah membuatku seperti ini sebelumnya. Ia menyeringai. Bisakah ia melihat pipiku memerah di tempat gelap seperti ini?

 Bisakah ia melihat pipiku memerah di tempat gelap seperti ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba, ia menarikku ke tubuhnya, dan aku terkejut. Tangan kanannya masih menggenggam tanganku saat ia mulai bergerak, dan ia meletakkan tangan kirinya dipinggulku—dan membawaku berdansa. Ia pedansa yang hebat.

Jungkook tidak pernah memutus kontak mata denganku. Aku ingin melihat sekeliling, mencari Sana, tapi aku tidak bisa melepas pandanganku darinya.

Matanya telah menjeratku. Ia seperti predator, dan aku mangsanya. Aku kehilangan sedikit keseimbangan dan hampir tersandung tumitku sendiri—tapi sebelum aku bisa menjauh darinya, ia sudah mencengkeramku lebih kuat, menarikku kembali ke tubuhnya.

Aku kembali merasa malu, dan melihatnya menahan tawa. Aku berjinjit dan mendekatkan bibirku ke telinganya sambil berkata, "Sudah kubilang, aku bukan pedansa yang baik."

Aku menarik napas dan mencium bau musk dan rempah-rempah dan bau khas lelaki. Ia sangat wangi. Aku menjilati bibirku tanpa sadar...

"Kau berdansa dengan baik," jawabnya, caranya berbicara terdengar menggoda.

Apa ia sedang berusaha merayuku dengan cara ini? Aku pikir memang begitu—lagi pula, ia juga sedang menjalankan misinya. Aku tidak boleh lupa itu.

"Percayalah Hyo, aku sudah memerhatikanmu berdansa dari tadi. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu."

Wow. Dasar tukang tipu... aku yakin ia sering mengucapkannya. Ia pasti bukan seorang pemula di permainan ini.

"Terima kasih," gumamku. Aku ragu ia mendengarnya.

"Aku tidak pernah melihatmu di sini sebelumnya—Kau sering datang ke sini?"

"Tidak juga. Hanya beberapa kali."

"Aku rasa, itu baik buatku. Kalau tidak, seseorang pasti sudah merebutmu sekarang."

Dasar bajingan... Baiklah, dua orang bisa bermain di sini.

Aku mengangkat bahu. "Kurasa, aku tidak mudah untuk direbut." Ia mungkin sudah terhasut dengan apa yang dikatakan Yugyeom tentangku sekarang.

Sebelum ia menjawab, seseorang menubrukku dari belakang. Aku berbalik untuk memelototi orang itu dan aku melihat orang itu adalah Sana.

Ia masih berdansa dengan seorang pria berkulit putih dengan rambut gelap. Sana mengedipkan matanya padaku dan membuat gerakkan dengan mulutnya, "Oh my god..." Ucapannya mengacu pada Jungkook.

A Betting Man ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang