Bab 24

563 99 12
                                    

Jungkook

"Halo? Jungkook, kau di sana?"
Aku mendengar suara langkah kaki Jihyo menuruni tangga, di luar kamar tidurku. Napasku terengah-engah, aku tidak percaya ini benar-benar terjadi.

"Halo?" ulang Yugyeom.

"Ya. Aku di sini," ucapku akhirnya. Suaraku terdengar serak karena tegang; aku langsung berdeham.

"Ada apa?" tanyanya dingin. Otakku berputar dengan cepat memikirkan alibi untuk masalah ini.

Aku hanya yakin dengan satu hal sekarang, yaitu aku lebih suka mati dirantai di tempat tidur ini daripada diselamatkan oleh Yugyeom.

"Um, hanya meneleponmu balik," jawabku lemah.

Aku bergeser di tempat tidur dan langsung ngeri saat borgol mengeluarkan suara. Aku bisa mendengar Jihyo menyalakan mesin mobilnya di luar dan hatiku langsung mencelos membayangkannya
meninggalkanku.

Aku tidak pernah mengharapkan ini sama sekali. Apa aku berharap dia menamparku? Ya. Apa aku berharap dia mengutukku dan pergi? Ya. Apa aku berharap untuk dirantai ke tempat tidur dan dia bertingkah seperti wanita gila? Tidak.

"Ya, lalu? Kau sudah menidurinya?" tanyanya tidak sabar.

"Belum. Tapi, aku masih punya satu minggu, kan?" jawabanku terdengar lebih ramah dari biasanya. Aku hanya ingin dia menutup teleponnya. Sekarang.

Dia mendengus. "Ya, aku tahu kau akan membutuhkan waktu seminggu lagi. Aku juga sudah bilang, kan, tidak mudah meniduri ratu es."

"Ya, Yugyeom. Aku rasa memang tidak," ucapku, menahan semua sumpah-serapah yang ingin ku sampaikan padanya. Dia benar-benar membuatku jengkel.

"Baiklah, aku sudah memberimu kabar terbaru," ucapku santai. "Sampai nanti."

"Baiklah," ucapnya geli. "Semoga berhasil. Kau harus berdoa pada semua dewa agar bisa menidurinya. Dia itu tidak seperti tangkapan biasa."

Aku menggigit lidahku. Jangan katakan apa-apa, jangan katakan apa-apa, jangan memberinya kepuasan...

"Bye, Yugyeom."

"Sampai nanti." Dia menutup telepon.

Aku mendesah keras, merasa lega.
Tapi, sekarang apa? Oh, Tuhan. Apa dia benar-benar tega meninggalkan ku seperti ini? Apa yang harus ku lakukan? Celanaku tergantung di pergelangan kakiku!

Oh, Tuhan.

Aku berbaring di sini selama beberapa menit, mencari akal. Kunci borgol ada di lemari. Aku bisa melihat kilasan cahaya perak dari tempatku di tempat tidur. Tapi, bagaimana caranya aku bisa sampai ke sana?

Aku beranjak sedekat mungkin ke kepala ranjang. Lalu aku berbalik, dan dengan kakiku mengarah ke kepala ranjang, aku mencoba untuk menarik celanaku ke atas sampai akhirnya aku menyerah dan melepaskannya.

Posisi celana yang seperti ini hanya menghalangi gerakanku. Aku meletakkan kakiku di lantai dan, ternyata, aku bisa berdiri meskipun diborgol. Perlahan-lahan, aku meraih bagian tengah kepala tempat tidur dan mulai mendorongnya, membuat tempat tidur bergeser. Ini proses yang lambat, dan aku mengutuk diriku sendiri karena punya tempat tidur king size.

Untuk apa, tepatnya? Aku tidak pernah berbagi tempat tidur ku dengan siapa pun. Dan apa yang kupikirkan saat membeli ranjang raksasa ini? Siapa yang butuh kepala ranjang? Kasur di lantai sudah cukup
sebenarnya...

Mendorong tempat tidur adalah pekerjaan yang sangat tidak menyenangkan saat kau hanya bisa bergerak seperti ini. Tempat tidur ini tidak mau meluncur dengan mudah di atas karpet. Kemudian, saat aku sudah setengah jalan menuju lemari, ujung tempat tidur menyentuh dinding di samping dan tidak mau terdorong lagi.

A Betting Man ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang