Bab 33

667 105 10
                                    

Jihyo

Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Jungkook. Walaupun hanya satu hari tidak bertemu dengannya, tapi aku sudah sangat merindukan nya. Menyedihkan memang, aku tahu itu.

Dia menawarkan diri untuk datang ke tempatku, tapi aku bilang padanya aku ingin menyelesaikan laporanku. Aku sangat bersemangat untuk menulis laporan hasil wawancaraku dan bertekad untuk menyelesaikan nya selagi pekerjaanku lainnya tidak sibuk.

Tapi, tanpa kehadiran Jungkook di sini, semuanya terasa... hampa. Dan aku tidak bisa berkonsentrasi, bahkan pikiranku sekarang lebih tidak terfokus melebihi saat dia menyentuh kulitku atau mengecup bahuku.

Aku memutuskan untuk memberinya kunjungan kejutan, tapi aku punya firasat tidak enak saat jarakku semakin dekat dengan rumahnya. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku yakin ini ada hubungannya dengan hal buruk akan terjadi.

Aku melihat sebuah mobil BMW mengkilap terparkir di jalan masuk rumah Jungkook. Aku belum pernah melihat mobil itu sebelumnya.

Naluriku langsung berbisik agar aku tidak menyukai pemilik mobil itu. Jadi, aku menuruti ucapan naluriku.

Aku berjalan ragu-ragu. Aku sempat berpikir untuk kembali pulang karena sudah membayangkan skenario terburuk yang akan terjadi, dan kalau bisa aku langsung kabur melarikan diri.

Tapi, kami berdua sudah berusaha sangat keras untuk sampai di hubungan kami sekarang. Dia berjuang keras untuk mendapatkan kepercayaanku, dan setidaknya yang bisa kulakukan sekarang adalah mengetuk pintu rumahnya dan melihat apa yang sedang terjadi.

Aku berdiri diam di pintu depan. Sepertinya aku sudah berdiri di sini selama lima menit. Tanganku rasanya seperti timbal: terlalu berat untuk diangkat, terlalu berat untuk mengetuk. Aku mencoba mendengarkan suara dari dalam mungkin suara erangan atau jeritan atau lainnya.

Tapi, mungkin kejadian itu sedang berlangsung di kamar tidurnya, kecuali kalau mereka melakukannya di meja dapur. Dan membayangkan Jungkook melakukan itu bersama orang lain di meja dapur membuatku mual. Sekalipun mereka melakukan nya di meja yang berbeda.

Oh, apa sebenarnya yang sedang kupikirkan? Jungkook mungkin ada di dalam bersama seorang pria. Mungkin pemilik mobil itu adalah Bangchan. Mungkin Bangchan baru saja membeli mobil baru.

Tapi, aku masih tidak mengangkat tanganku. Aku masih tidak mengetuk pintu rumahnya. Dan kemudian pintu mengayun terbuka.

Seorang wanita berdiri di depanku. Dia cantik. Tubuhnya tinggi, elegan, dan modis. Giginya benar-benar putih. Sangat putih.

Dan dia berdiri terlalu dekat dengan Jungkook, ini membuatku sedikit ngeri. Ekspresi yang terlihat di wajah Jungkook juga tidak membuatku nyaman, dan secara tidak sadar aku sedikit bergeser, mataku bolak-balik memerhatikan mereka berdua.

Wanita itu yang bicara pertama kali. Dia memperkenalkan dirinya, dan dia sepertinya sudah tidak sabar untuk bertemu denganku. Dia bersemangat dan baik, tapi juga sedikit sedih. Dan dia adalah Lisa.

Lisa. Aku ingin muntah. Aku tidak mengenalnya, tapi dia kenal Jungkook, dan dia sudah melihat terlalu banyak tentang Jungkook.

Aku berpikir untuk mencongkel matanya keluar agar dia tidak pernah lagi bisa melihat apapun tentang Jungkook, tapi kalau aku melakukannya, dia akan punya alasan untuk melaporkanku pada polisi.

Ditambah lagi, dia masih bisa bercinta dengan Jungkook kalau dia buta, ini berarti kalau aku akan ditangkap polisi, aku harus mengurus Lisa dengan benar.

Tapi, sayangnya, aku sudah berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan pernah membunuh siapa pun, tidak peduli seberapa murahannya orang itu.

Dan aku juga percaya Jungkook. Dan aku sudah dewasa. Jadi, bertingkah seperti Jae Hee pada Lisa akan menjadi hal yang buruk, karena itu akan membuatku terlihat tidak bisa dipercaya dan belum dewasa.

A Betting Man ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang