Bab 3

924 131 23
                                    

Jungkook

Ponselku berbunyi sekali... dua kali... dan tiga kali. Apa-apaan ini? Aku mengerang dan berguling ke samping, menabrak sebuah tubuh hangat. Seorang wanita. Ia sedikit bergerak tapi tidak terbangun.

Butuh beberapa saat untuk mengingat dimana aku berada. Selimut ini baunya berbeda—seperti parfum—dan terlalu terang sinar matahari masuk dari jendela. Kamarku tidak pernah seterang ini.

Aku kembali menoleh ke samping dan melihat seorang wanita berambut cokelat kusut dan berkulit pucat.
Si Rambut Cokelat—siapa namanya? Nana, Nari, Nori, Nare... sial, aku tidak ingat. Aku tahu namanya berawal dengan huruf N. Oh, Tuhan, aku harus keluar dari sini.

Aku menyelinap keluar dari selimut sehati-hati mungkin dan mulai mengenakan pakaian. Si Rambut Cokelat tidak bergerak lagi—sepertinya ia kecapekan.

Ponselku sudah di saku—aku ingin memeriksa pesan masuk, melihat siapa yang mengirim pesan sepagi ini, tapi sebuah suara dalam kepalaku berteriak untuk keluar secepat mungkin dari sini dan memeriksanya nanti. Aku tidak pernah berdebat dengan alam bawah sadarku.

Udara terasa lembab ketika berada di luar. Aku mengembuskan napas lega, dan kembali bernapas dengan tenang. Aku cepat menyadari aku tidak tahu sedang berada dimana sekarang—aku tahu ini masih di Seoul, dan aku berada di kompleks gedung apartemen mewah bertingkat—aku mulai berjalan sambil mencari tahu di mana ini dan kemudian memanggil taksi setelah beberapa saat.

Hal terakhir yang kuinginkan adalah Si Rambut Cokelat menjulurkan kepalanya keluar jendela dan menyergapku melarikan diri.

Aku memeriksa pesan-pesan masuk saat berada di dalam taksi. Pesan pertama berasal dari Jihyo dan aku menyeringai dibuatnya—ia mengirimkan alamatnya. Hanya itu saja.

Tidak ada ucapan 'aku tidak sabar untuk kencan kita besok' atau 'aku
sudah tidak sabar menunggumu'. Bahkan ia tidak mencantumkan namanya.

Tidak apa-apa. Yugyeom sudah mengatakan padaku kalau ia memang sedikit jual mahal. Tapi, ada satu hal yang aku tahu pasti tentang wanita, mereka semua sama—lakukan sedikit usaha untuk mendapatkannya, lalu suapi mereka dengan sedikit omong
kosong, dan mereka akan berada di tanganmu dalam waktu singkat.

Namun, sepertinya Yugyeom punya masalah dengan gadis ini, memalukan sekali karena ia sudah benar-benar putus asa untuk menidurinya.

Yugyeom bilang padaku Jihyo mengenakan sebuah sabuk penjaga kesucian atau apapun itu. Tapi, harus kuakui—gadis manapun yang menolak Yugyeom, biasanya dengan
senang hati beranjak ke pangkuanku.

Dua pesan lainnya berasal dari dua gadis yang berbeda, keduanya dikirim tadi malam, mereka bertanya dimana aku berada.

Kemudian tiga pesan terakhir, dikirim secara berturut-turut, berasal dari Yugyeom.

Yugyeom

Kau sudah menidurinya? 

Hei, jangan mengacuhkanku karena aku benar.

Ayo bayar.

Oh Tuhan, Si Dewa Keparat ini benar-benar menjengkelkan. Aku tidak segera membalasnya, tapi sebelum aku menutup pesannya, ia sudah mengirimku satu pesan lagi.

Yugyeom

Aku mengerti sekarang.

Jungkook

Aku segera membalas pesannya.
Bisakah kau tinggalkan aku sendiri? Kita tidak pernah sepakat untuk aku harus menidurinya tadi malam.

A Betting Man ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang