Bab 30

1K 109 17
                                    

Jihyo

Aku benar-benar berantakan. Rambutku mencuat kemana-mana, bajuku kusut, dan wajahku memerah sehabis menangis. Tapi, saat aku bergegas mengenakan celana jinsku, aku rasa penampilanku sekarang tidaklah penting.

 Tapi, saat aku bergegas mengenakan celana jinsku, aku rasa penampilanku sekarang tidaklah penting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungkook bilang aku terlihat cantik. Aku. Dan dia ingin mulai lagi dari awal, dan mengabaikan permasalahan komitmen juga
kesalahan lampau.

Aku terlihat berantakan, tapi dia mau terlihat di depan umum bersamaku. Aku tidak terlalu yakin, tapi aku rasa sikapnya inibenar-benar mencerminkan perasaannya padaku. Ini membuatku tersenyum saat aku bertemu dengannya lagi di ruang
tamuku, tepat di mana aku meninggalkannya.

Perjalanan menuruni tangga berlangsung dalam diam. Dia membukakan pintu mobilnya dan membantuku masuk ke dalam, lalu
dia bergegas berjalan menuju sisi pengemudi untuk bergabung denganku.Aku masih tidak bisa berhenti tersenyum.

Dan sepertinya, dia juga tidak bisa.
"Kita akan pergi ke mana?" akhirnya aku bertanya.

"Ke suatu tempat yang tenang," jawabnya. "Agar kita bisa bicara lagi."

Dia melirikku. "Kau tidak keberatan?"
Aku menggeleng cepat. Aku benar-benar tidak peduli di mana kami akan makan, selama aku bersamanya.

"Apa kau suka tiram?" tanyanya.

"Ya."

"Kaki kepiting?"

"Ya."

Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mulai menelepon. Dia memesan makanan, dan ini membuatku bingung. Apa dia
ingin makanan sudah siap terhidang saat kami sampai di sana? Apa kami akan makan di sana?

"Apa itu tadi?" tanyaku, suaraku terdengar tentatif.

Aku gugup dan bersemangat, sarafku menegang, tanganku berkeringat dan
pikiranku berpacu. Aku memikirkan berbagai macam skenario dalam kepalaku sebelum benar-benar mengatakannya.

"Kita akan membungkus makanannya. Aku sudah memikirkan tempat yang sempurna, di sana kita bisa makan... tidak apa-apa?" tanyanya lagi.

Dia sama gugupnya seperti aku, dan ini membuatku merasa nyaman. Aku tersenyum meyakinkannya.
"Tidak apa-apa, Kookie. Aku hanya penasaran."

Sisa perjalanan berlangsung dalam keheningan. Musik lembut terdengar dari stereonya, tapi aku tidak bisa mencerna satukatapun dari lagu yang dimainkan, kami berdua terlalu asyik dengan pikiran masing-masing. Saat kami mencapai restoran, dia
memintaku untuk menunggu di mobil, dia berlari untuk mengambil makanan.

Makanan sudah terletak aman di kursi belakang, dan kami terus mengemudi. Aku masih tidak tahu ke mana kami akan pergi,tapi aku merasa senang. Ini mendebarkan.

Kami mencapai pelabuhan. Jungkook mengemudi ke sekeliling tempat parkir sebelum menemukan tempat kosong dan mengambil makanan dari kursi belakang. Aku melangkah keluar dari mobil untuk mengikutinya, dan kami berjalan menyusuri pelabuhan.

A Betting Man ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang