Bab 11

807 104 20
                                    

Jihyo

Melihat Jungkook basah kuyup seperti memasuki Taman Surga. Aku tahu aku berlebihan, tapi ia benar-benar menakjubkan, boleh
kubilang hampir sempurna.

Aku menghela napas dan kembali mengingat kaos putih basah yang menempel ke dadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghela napas dan kembali mengingat kaos putih basah yang menempel ke dadanya. Ah... malam yang indah.

Aku cekikikan saat memasuki kamar mandi tamunya. Ruangan ini benar-benar rapi dan bersih, dan tidak ada gantungan handuk basah terlihat. Aku dengan cepat mengenakan pakaian Jungkook.

Wangi pakaian ini seperti Jungkook-seperti wangi deterjennya- dan aku dengan segera menciumnya dalam-dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wangi pakaian ini seperti Jungkook
-seperti wangi deterjennya- dan aku dengan segera menciumnya dalam-dalam. Kalau aku mencuri pakaian ini, apa ia akan menyadarinya?

(Jungkook pake downy, Hyo. Ayo besok beli 🤭🤭)

Saat aku sedang sibuk memikirkan ide jahatku, aku melihat bayangan wajahku di cermin dan meringis. Wajahku terlihat kucel dan rambutku kusut berantakan.

Aku berterima kasih pada Tuhan, karena tidak memakai make-up, bisa-bisa mataku terlihat seperti rakun di depan Jungkook. Aku membuka laci mencari sisir, dan aku terkejut, aku menemukan sebuah sisir merah muda penuh dengan rambut merah panjang.

Aku mengambil dan memelototinya, seolah-olah sisir ini hidup dan bisa merasakan aura permusuhanku.
Jadi, gigolo ini memperbolehkan pelacurnya meninggalkan barang mereka di sini? Itu menarik perhatianku-aku ingin tahu apa
gadis ini sering datang ke sini.

Ia berberes di kamar mandi ini... Kamar mandi tamu. Bukan kamar mandi pribadi Jungkook. Tapi,
apa ini benar-benar membuatku merasa lebih baik? Aku melemparkan sisir itu kembali ke dalam laci dan segera membanting menutupnya.

Suara ketukan di pintu membuatku melompat kaget. "Hyo, kau baik-baik saja? Kau sudah menemukan handuknya?"

"Ya, aku baik-baik saja," jawabku, dan dengan cepat menyisir rambut dengan jariku. "Aku keluar sebentar lagi."

"Aku akan ke bawah, oke?" sahutnya lagi.

"Baiklah."

Jari-jariku tidak bekerja dengan sempurna, tapi aku lebih suka terlihat berantakan daripada harus menggunakan sisir itu. Setelah
beberapa saat, aku berbalik dan mengumpulkan pakaian basahku yang tergeletak di lantai.

A Betting Man ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang