Jihyo
Minggu berikutnya, aku menyibukan diri dengan pekerjaan. Ini menjadi strategi baruku dalam pengalihan pikiran—aku menghindari telepon Jungkook, aku menghindari ajakan Sana untuk pergi keluar, dan aku menghindari Bangchan yang seperti nya ingin bicara denganku.
Satu-satunya hal yang tidak bisa kuhindari adalah pekerjaan, dan ini juga yang bisa mengalihkan perhatianku.
Jungkook meneleponku beberapa kali sehari. Dia bahkan beberapa kali datang ke apartemenku, tapi aku selalu mengabaikannya. Bahkan saat dia tidak berada di sekitarku, kehadirannya masih bisa kurasakan, karena kehadiran rentetan bunga dan boneka dan "Maafkan aku" dan "Aku mohon, bicaralah denganku" yang dia kirimkan padaku.
Apartemenku sudah tampak seperti toko bunga yang sangat wangi, dan bunga-bunga itu tidak pernah membiarkanku melupakan apa yang sedang terjadi. Aku sedikit membenci Jungkook karena dia tidak memberi ku ruang yang kuinginkan, tapi tentu saja dia tidak tahu ini karena aku tidak mau bicara dengannya.
Yang kulakukan pada dasarnya hanyalah memborgol dan menyuruh nya enyah ke neraka. Pada hari Senin, saat aku berada di kantor, dia memenuhi mobilku dengan bunga. Rekan kerjaku berpikir aku punya pacar yang sangat romantis, dan aku tidak punya energi untuk mengoreksi mereka.
Kelopak bunga beterbangan seperti salju lewat jendela mobil saat aku melaju. Bangchan menjemput Ursula pada hari yang sama. Aku meninggal kan kunci agar dia bisa datang saat aku bekerja dan aku tidak perlu berurusan dengannya. Tapi, kemudian aku merasa sedih karena aku tidak bisa mengucapkan selamat tinggal pada raksasa putih itu.
Walaupun dia bau dan terkadang menjijikkan, tapi aku sedikit merindukannya. Dia satu-satunya makhluk di dunia yang penuh sandiwara dan kekacauan ini yang tidak punya motif tersembunyi, dan aku menghargai kesederhanaannya.
Dengan kepergian Ursula, apartemen ku terasa kosong. Tidak ada lagi bulu kucing dan bau kotoran. Apartemen ku menjadi sunyi —aku tidak lagi bisa mendengar Ursula mengeong atau suaranya makan.
Aku tidak bisa tidur nyenyak di malam hari. Aku berbaring dan masih terjaga selama berjam-jam memikirkan Jungkook—aku ingin
tahu apa yang dia lakukan, aku terobsesi dengan pertanyaan apa dia bersama wanita lain, dan aku membaca ulang pesan yang dia kirimkan dan mempertimbangkan untuk meneleponnya balik.Tapi, aku tidak melakukan apa-apa untuk meringankan pikiran-pikiran ini, aku terus meyakinkan diriku sendiri kalau aku masih perlu waktu untuk memikirkan dan mempertimbang kan lagi semua yang terjadi.
Aku sangat merindukan Jungkook, tapi jujur saja, aku tidak ingin merasakan kerinduan ini, ini hanya akan memengaruhi keputusanku. Aku hanya ingin berpikir jernih.
Tapi, aku menginginkan Jungkook. Aku ingin mendengar alasannya dan permintaan maafnya yang tulus dan aku ingin memaafkannya. Tapi, apa itu bijaksana? Bisakah kami punya hubungan yang... lebih? Setelah semua yang terjadi?
Aku seperti zombie saat berada di tempat kerja. Aku lelah, pikiranku akan menyimpang setiap kali aku melamun. Aku mendedikasikan diri dengan menulis setiap malam. Aku hilang dalam dunia fantasi. Ini satu-satunya jalan keluar aman dari
kenyataan yang dapat kutemukan.Ini sudah menjadi semacam rutinitas. Aku sedikit berharap Jungkook berada di luar apartemenku saat aku berangkat kerja. Itu yang aku ku harapkan agar terjadi, karena dia selalu bertanya apa dia boleh datang dalam pesan-pesannya. Tapi, aku menakut-nakutinya dengan borgol.
Setiap hari, rumahku kosong.
Kemudian pada Rabu malam, semuanya berubah. Aku pulang kerja sedikit terlambat, dan kepalaku tertunduk saat berjalan ke mobil. Tapi kemudian, aku melihat sesosok pria
berperawakan tinggi yang sedang bersandar di mobilku, dan napasku langsung tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Betting Man ✅
FanfictionJungkook bertaruh dengan mantan Jihyo, Yugyeom, bahwa ia dapat menidurinya. Jihyo bertaruh dengan sahabatnya dan memutuskan untuk menjerat Jungkook sampai pernikahan temannya. Segalanya menjadi sangat menarik... Ff terjemahan Author by mybluesky