Bab 27

594 107 15
                                    

Jihyo

Mimpiku bergonta-ganti dengan cepat. Pertama, aku bermimpi tentang Yugyeom. Dia masih bersamaku, menuntut jawaban dan melayangkan berbagai tuduhan. Dia
datang ke apartemen Sana untuk mencariku dan hidungnya masih berdarah, darah menetes di karpet, dan Sana berteriak dan mengancam akan menelepon polisi saat Yugyeom memojokanku di dinding.

Dia menuntut jawabanku kenapa aku tidur dengan Jungkook dan bukan dengannya. Apa dia tidak membukakan pintu untukku saat kami berkencan? Apa dia tidak mentraktirku makan malam berkali-kali?

Kemudian Jungkook datang dan menghadang Yugyeom, namun pertemuan mereka berlangsung singkat. Yugyeom menghilang ke dalam gumpalan asap.

Jungkook tiba-tiba berada di samping ku dan dia meminta maaf lagi dan lagi sambil memberikan penjelasan, namun tidak satupun dari penjelasannya masuk akal. Dia terus berbicara tentang Ursula.

"Aku sudah mengatakan pada Bangchan untuk jangan mengambil nya darimu," ujarnya marah. "Dia malaikat pelindungmu. Dia akan melindungimu dari Yugyeom." Aku bertanya-tanya bagaimana mungkin itu bisa terjadi, alisku berkerut kebingungan.

"Tapi tidak, Bangchan tetap membawanya pergi," lanjut Jungkook.

"Padahal semua ini bisa dicegah."
Aku bingung, tapi memutuskan untuk tetap diam.

"Maaf, Jihyo. Aku sangat menyesal. Aku harus melakukan sesuatu. Aku seharusnya menghentikan Bangchan."

Kehadirannya terasa begitu nyata; aku bisa merasakan material pakaiannya di jari-jariku, wanginya di indera penciumanku, dan suaranya di telingaku. Semua inderaku terasa hidup karena kehadirannya, dan ini mimpi paling realistis yang pernah kualami. Aku mulai sadar dan aku ingin melawan hasrat untuk bangun.

Aku masih ingin berada di dekat Jungkook, sampai-sampai aku
memimpikannya. Tapi, saat mataku terbuka. Ruangan ini begitu gelap—aku tidak bisa melihat apa pun di sini sampai mataku melakukan
penyesuaian—tapi, aku masih bisa mendengar suaranya; aku masih bisa mencium aroma dan wangi aftershave-nya. Dan aku rasa aku berhalusinasi.

"Jungkook?" bisikku. Aku merasakan gerakan seseorang di sampingku dan jantungku langsung berhenti sesaat.

"Hmm?" jawabnya, dan aku bergeser untuk melihat wajahnya. Dia memutar wajahnya agar bisa menatapku, matanya melebar
dramatis saat bertemu dengan mataku.

"Apa yang kau lakukan di sini, Jungkook?" tanyaku. Suaraku terdengar kosong, tidak mewakili emosi yang kurasakan.

Apa aku masih bermimpi?

Aku bisa merasakan tubuh Jungkook membeku di sebelahku—aku bisa mendengar napasnya tertahan—dan akhirnya aku sadar, ini terlalu nyata untuk sebuah mimpi. Tapi, apa yang dia lakukan di sini? Dan bagaimana dia bisa melewati Sana? Apa Sana masih hidup?

"Apa kau sudah bangun?" tanyanya hati-hati.

Tiba-tiba aku merasa sedang diintip orang mesum. Apa yang membuatnya berpikir tidak apa-apa untuk meringkuk bersamaku saat aku tidur? Apa dia tidak bisa menilai situasi?

Perlahan-lahan dia bergerak menjauh dariku, mungkin malu pada dirinya sendiri, dan aku merasa putus asa saat kehilangan kontak fisik dengan nya. Memalukan. Apa yang salah denganku?

Aku tidak ingin dia menyadari ini. Aku bergeser, menjauh darinya. Aku masih grogi karena obat penghilang rasa sakit dan denyut yang menyakitkan di pergelangan tangan ku; aku hanya bisa mencerna perasaan kaget dan kebingungan saat
melihatnya di sini bersamaku lagi.

Apa aku seharusnya marah karena dia ada di sini? Atau mengamuk? Aku berusaha keras untuk menjauh darinya. Sekarang semua ini tidak lagi masuk akal.

A Betting Man ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang