Bab 8

814 113 22
                                    

Jihyo

Oh, tidak. Ia marah.

Mungkin aku menekannya terlalu jauh. Sial, apa yang harus kulakukan sekarang?

Aku berdeham pelan, tapi ia sepertinya tidak dengar.

Perhatiannya seperti teralihkan, ia meletakkan kedua tangan di rambut nya yang berantakan, dan aku hampir bisa merasakan frustrasinya memancar sampai ke seberang ruangan.

Sejujurnya, aku sedikit gugup.

Kuakui, ia sangat menawan dan tampan, tapi aku tidak benar-benar mengenal pria ini. Aku belum
pernah melihatnya berinteraksi dengan orang lain, kecuali kalau kau menghitung pelayan kami di restoran beberapa hari yang lalu.

Dan aku juga belum pernah bertemu dengan salah seorang temannya, kecuali kalau kau menghitung Yugyeom.

Kemudian, aku teringat Bangchan. Oh, terima kasih, Tuhan. Bangchan selalu mengatakan hal-hal baik tentang Jungkook. Bangchan membuatnya terlihat seperti pria baik-baik di samping sifat womanizer-nya.

Dan untuk beberapa alasan yang tidak kupahami, aku percaya
dengan ucapan Bangchan. Setidak nya, Sana benar-benar menyukainya, dan aku percaya penilaiannya.

"Kook," aku akhirnya berkata, "Maukah kau menolongku mengambil sojunya?"

Aku mengira ia akan berdiri dan mulai berteriak padaku. Apa yang akan kulakukan kalau ia benar-benar melakukan itu? Apa aku hanya akan tetap diam berdiri di sini... apa aku akan minta maaf?

Aku juga merasa sedikit frustrasi. Ini terlalu rumit untukku. Persetan dengan semua ini! Aku tidak akan meminta maaf.

Ia berdiri dan-aku bersumpah-ia memperbaiki celananya di depanku. Ia tidak malu-malu memperlihatkan ereksinya padaku, dan ia menatapku tajam. Ya, ia jelas tidak senang.
Tapi suaranya masih terdengar tenang.

"Tentu saja, Hyo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tentu saja, Hyo."

Ia berjalan ke dapur. Ketika mataku menatap matanya, aku bertemu dengan tatapan sedingin es. Aku berpaling, pipiku memerah, dan aku menyibukkan diri dengan mengambil air minum dari lemari es.

Sial, ini benar-benar kejadian paling canggung dalam hidupku. Aku seharusnya menciumnya. Mencium nya selalu berada di pikiranku di sepanjang pekan ini. Dan berciuman dengannya bukan berarti aku tidur dengannya—itu tidak akan menimbulkan masalah, kan?

Ketika ia membuka soju, aku menarik ramyeon keluar dari oven, bau lezat nya segera memenuhi dapur. Pikiranku sejenak teralihkan.

"Mmm. Baunya enak."

Aku mendengar tutup soju diletakan di atas meja. "Kau punya gelas soju?"

Aku menghela napas dan menarik dua buah gelas soju dari salah satu lemari dapur. Pergelangan tanganku tidak lagi sakit, tapi tampaknya efek "melayang" dari pil yang kuminum telah memudar. Jungkook bahkan tidak menatapku saat ia mengambil gelas dari tanganku.

A Betting Man ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang