3. Pindahan

5.2K 810 213
                                    

"Mas Johan?"

Yang dipanggil hanya bergumam, pandangannya terfokus ke jalanan tanpa melirik ke arah Jefri yang tampak sangat gugup di sebelahnya. Setelah makan siang yang cukup canggung di resto, Johan bilang ia hendak mengajak Jefri ke apartemennya.

"Iya mas?"

Johan tidak langsung menjawab, ia dengan santai mengunyah makanannya sambil tetap memandang lurus ke arah Jefri yang mengerjap ngerjap dengan wajah seperti kepiting rebus. Ngapain sih ini mas mas bikin salting aja.

"Kamu mulai sekarang tinggal di apart saya ya."

"Hah?"

Yang menjawab bukan cuman satu, tapi tiga. Winanda dan Yudha pun sama terkejutnya dengan keputusan Johan yang random dan to the point itu. Khususnya Yudha yang berfikiran tidak tidak dengan maksud Johan.

"Han, jangan-"

"Kamu kalau tinggal di apart saya kan menghemat biaya juga daripada masih ngekos, jadi uang dari saya bisa kamu tabung sebagian. Tenang aja saya ga bakal ngapa ngapain kok, karena gimanapun kamu tanggung jawab saya setelah menyetujui."

Jelas Johan sebelum otak kotor Yudha melantur yang tidak tidak. Matanya setia memandang dengan lurus ke arah Jefri, wajahnya yang tenang dan terkesan datar membuat Jefri susah mengetahui isi hatinya. Tapi....kata Johan bener juga, seenggaknya dia menghemat uang. Tapi apa ga ngerepotin yah?

"Ga ngerepotin kah Mas? Tapi tenang aja, aku bisa masak! Aku juga bisa bersih bersih jadi selama disana aku ga akan diem aja." Jawabnya dengan senyuman manis, dua lesung pipitnya muncul di pipi putihnya yang berwarna kemerahan. Johan tersenyum kecil, sedikit gemas namun berusaha ditahannya.

Dan disini lah mereka, berdua di dalam mobil Johan menuju apartemen yang lebih tua. Tadi mereka sempat ke kosan Jefri, mengambil barang barang sekalian pamit ke ibu kos. Kok buru buru? Johan bilang dia gasuka menunda nunda, daripada repot repot besok besok sekalian langsung. Kebetulan dia bilang kalau di apart dia ada kamar kosong yang bakal ditempatin Jefri. Ibu kos sebenernya masih ga rela karena Jefri ini anak yang rajin dan jago masak. Pagi pagi sekali pasti sudah bangun, sudah ganteng sehabis mandi, lalu bantuin beliau masakin sarapan buat yang lain. Anaknya juga ga neko neko. Agak kaget liat dia datang dengan pria tinggi yang tampaknya lebih tua.

"Jefri kok ga bilang ibuk kalau suka sama yang mapan begini?"

Masih terngiang ngiang godaan ibu kos yang dengan gamblangnya colek colek Jefri sambil kedip kedip genit. Ibuk, Jefri maluuuuu.

Tanpa sadar Jefri menyuarakan suara batinnya terlalu kencang dan menutupi wajahnya yang memerah dengan tas yang ia pangku sambil merengek pelan. Johan yang sedaritadi terfokus menyetir sedikit terkejut, melirik yang lucu lucu di sebelahnya ia jadi terhibur.

"Kamu ngapain? Tiba tiba salting gitu. Malu ya sama saya?"

Kepedean banget tapi sukses bikin Jefri mendongak cepat, telinganya merah dengan menggemaskan.

"En-enggak ah Mas ngomong apasih." Jawabnya terbata dengan gugup, memandang keluar jendela sambil meremas remas tas di pelukannya. Johan terkekeh pada dirinya sendiri sebelum memutar mobilnya. Mereka hampir sampai, hanya keheningan yang melingkupi keduanya sampai Johan teringat sesuatu.

"Jefri."

"Iya mas?"

Mendengar sahutan yang cukup manis mengalun lembut dari suara Jefri membuat Johan meremat kemudi menahan gejolak sesuatu yang tidak diinginkannya. Mengulum bibirnya sebentar, dengan sedikit berat hati ia harus mengutarakan perjanjian yang mau tak mau harus mereka terapkan dalam hubungan timbal balik mereka.

Larung Asmara 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang