24. Rencana

2.6K 372 70
                                    


"Luk, habis ngarit?"

Lukes yang tengah memanggul karung berisi rumput yang akan ia jadikan makanan sapi menoleh. Senyuman super lebar terulas di wajahnya, meletakkan karung tersebut di dekat pagar kemudian berjalan masuk ke dalam pekarangan rumah asri dengan tanaman hijau di sisi sisinya untuk mencium tangan si pemanggil.

"Nggih, Budhe. Sapinya belum makan kasian masa yang punya udah makan Budhe. Mana habis sewakul ahahahahaha."

Gelengan dan senyuman maklum terpatri di wajah wanita yang hampir kepala lima yang berdiri di depan Lukes mendengar tawanya yang membahana. Burung kenari milik beliau pun ikut berkicau mendengarnya.

"Makan sama apa nak? Abah masak?"

"Wuih sama masakan eropa. Namanya Fresh cooked rice with scramble egg and soy bean sauce. Along with rice crackers."

"Walah dalah, keren banget le. Abah kok bisa masak masakan eropa?"

"Aliasnya telor orak arik sama kecap di nasi anget ditambah kerupuk puli."

Tawa Lukes kembali membahana mengundang tatapan tidak percaya wanita yang ia ajak mengobrol. Tangannya terangkat dan menjewer telinga Lukes, membuat remaja dengan tubuh tinggi menjulang itu memekik.

"Adoh Budhe, ampun Budhe!"

"Lagian ngelantur banget kalau ngomong toh yo. Kamu belajar bahasa enggres darimana le?"

"Dari Bang Dika."

Mendengar nama orang yang tidak pernah dikenalnya di kampung, alis Budhe naik dengan bingung. Memperhatikan bagaimana Lukes menggaruk tengkuknya dengan sedikit semburat merah di pipinya.

"Ituloh temen yang ngasih aku kos kosan sementara waktu ngunjungin Mas Jefri di Jakarta."

"Ohhh yang seumuran kamu itu? Oh ya Budhe kemarin dapat kiriman. Padahal Budhe sama sekali ga beli onlen, tapi kok namanya buat Budhe ya le?"

Kini giliran Lukes yang dibuat heran, ia menatap punggung sempit wanita yang masih cantik parasnya meskipun sudah memasuki umur lansia. Beliau kembali dengan membawa sebuah amplop yang cukup tebal. Masih tersegel dan tidak dibuka sama sekali, sepertinya Budhe takut isinya aneh aneh. Menerima uluran amplop tersebut, Lukes meneliti bentuknya sebelum membaca keterangan disana. Alisnya bertaut membaca nama pengirim.

Johan Arya Wiraguna

Johan?

Lukes berusaha mengingat ingat siapa gerangan bernama Johan dengan memorinya yang tidak begitu jelas. Matanya mendelik dan ia hampir menjatuhkan amplop tersebut ketika sebuah ingatan melintas di kepalanya.

"INI BUKANNYA PACARNYA MAS JEFRI?!"

"Loh pacar?"

Lukes menepuk keningnya lalu menepuk bibirnya merutuk karena ia lupa bahwa Budhe masih berdiri di depannya. Waduh gimana ini?

.

.

.

"Lo ngapain disini?"

Dika yang sedang santai selonjoran di sofa ruang tamu apartemen Johan hanya mengangkat tangannya menjawab pertanyaan jengkel sang tuan rumah. Kedua matanya fokus pada layar ponselnya yang sedang menayangkan sebuah film. Satu tangannya yang bebas meraih ke atas meja, mengambil kue kering dalam toples yang tutupnya terbuka lalu mengunyah sembari tak terganggu akan bagaimana Johan menatapnya berapi api.

"Lo lupa Bang? Kan lo mau berangkat ke Amrik, gue udah janji bakalan jagain Bang Jefri. Ya gue dateng juga lah ikut nganterin lo, basa basi aja sih biar ga dikira gue ga peduli sama lo."

Larung Asmara 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang