10. Cemburu

4.1K 572 158
                                    


Warning jaga jaga aja agak nyerempet tapi ga sampai full 🔞

.

.

.

Johan kaget.

Bagaimana tidak? Jefri sendiri yang mengatakannya. Seperti ada panah tak kasat mata menusuk hatinya membuatnya terdiam dengan membeku.

Tangannya tanpa sadar mengepal dan rahangnya mengeras. Entah kenapa ada yang membuncah di dalam dirinya. Jefri yang menyadari Johan tiba tiba diam menatapnya khawatir. Dengan hati hati disentuhnya tangan Johan yang terkepal lalu menggenggamnya lembut.

"M-mas....kalau misal engga boleh, gapapa kok aku bilang Mas Doni."

Dia takut, bukan takut diapa apain sih cuman Johan terlihat kesal. Dia tidak tahu ada apa antara dua pria ini tapi Jefri sadar kalau membawa bawa Doni rupanya membuat Johan tidak nyaman.

Johan menghela nafas panjang, melebarkan kepalan tangannya sebelum membalik tangan untuk menggenggam jemari jemari cantik milik Jefri. Perlahan ia berdiri, menjulang tinggi di sebelah Jefri yang mendongak menatapnya dengan mengerjap.

"Jefri, Mas ngelarang kamu pergi karena Mas punya alasan. Satu, kita terikat. Saya sebagai Sugar Daddy kamu bukan cuman orang yang ngasih duit aja, saya bukan bank. Saya punya hak ngelarang kamu keluar dengan pria lain karena kamu tanggung jawab saya."

Suara Johan lebih rendah dari biasanya, nada lembut penuh perhatiannya sirna berganti dengan lebih dingin. Genggaman tangannya mengerat dan ia mengikis pelan pelan jarak di antara mereka membuat Jefri mundur dengan takut. Iris coklatnya menatap sepasang madu Johan yang berkilat tajam.

Johan kesal.

Tentu saja, dia tidak suka. Tidak suka Jefri berdekatan dengan orang lain selain dirinya. Apalagi dengan Doni, dia tahu bagaimana pria itu mungkin memang sengaja hendak menarik perhatian Jefri disaat memang tiada hubungan asmara di antara mereka.

Tapi boleh kah Johan serakah?

Jefri. Jefrinya yang manis dan gemas, senyum dengan lesung pipit dan mata melengkung indah. Jefrinya yang lugu dan sederhana.

Jefrinya.

Dengan menggertakan giginya Johan menarik Jefri ke dalam pelukannya. Merengkuh erat pinggang kecil Jefri dengan satu lengannya, merangkum rahang pria manis itu dengan tangannya yang bebas sebelum menyatukan bibir mereka dalam ciuman panas.

Jefri terkesiap, kedua tangannya melayang meremat kaus hitam Johan dengan mata terbuka lebar. Bibirnya dikecap oleh Johan, melumatnya lapar seolah bibir manis Jefri adalah makan malamnya.

"Ngh..."

Rintihnya perih begitu Johan menggigit gemas bibir bawahnya, memejamkan mata erat erat Jefri hanya mampu pasrah ketika Johan mulai menginvasi rongga mulutnya. Tangan Johan pun tidak tinggal diam. Tangan besarnya yang hangat menelusup masuk ke dalam sweater rajut yang dipakai Jefri. Panas sentuhan Johan di punggungnya membuatnya bergidik, mendorong dengan sekuat tenaga bahu Johan membuat ciuman mereka terlepas.

Johan terengah, menatap Jefri dengan kedua matanya menyayu dan bibirnya basah juga merah. Jefri tidak jauh berbeda, bibirnya terbuka untuk mengambil nafas dengan gemetaran. Wajahnya merah sewarna bibirnya yang juga basah oleh saliva entah milik siapa. Tangan Johan tak juga berpindah, asyik menelusuri kulit halus Jefri. Memperhatikan dengan menelan ludahnya kasar bagaimana Jefri bergerak gelisah. Sesekali rengekan tidak nyaman meluncur dari bibir sewarna buah persik itu lirih.

Jefri, maaf ya.

Johan memejamkan matanya sejenak mencoba menetralkan sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya. Di rengkuhnya lembut tubuh Jefri ke dalam dekapannya. Kecupan kecupan kecil ia layangkan di leher putih Jefri. Tersenyum begitu merasakan jemari milik pria manis meremat surainya dan tubuhnya gemetar. Memberikan kecupan sekali lagi di leher Jefri, Johan segera menjauh.

Larung Asmara 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang