13. Baikan

4.1K 525 79
                                    

Jefri memang pada dasarnya tidak tegaan, harusnya ia bisa menghindari Johan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jefri memang pada dasarnya tidak tegaan, harusnya ia bisa menghindari Johan. Menolak ajakannya, dia bisa, tapi kalau soal makanan Jefri tidak pernah bisa menolak, apalagi gratis alias dibelikan. Rejeki kan ga boleh ditolak?

"Enak Jef?"

Yang ditanya mengangguk senang, pipi bulatnya menggembung seiring ia mengunyah batagor dengan riang. Lupa bahwa dia seharusnya marah pada Johan. Kebetulan ia juga sangat lapar karena belum makan siang akibat harus kucing kucingan dengan Johan.

"Mas aku boleh tambah engga?"

Menyadari batagornya hampir habis, Jefri dengan malu malu meminta kepada Johan. Telinganya merah dan ia menatap piringnya bukan kepada pria yang duduk di sebrangnya. Johan diam diam menangis di dalam hatinya.

Kamu gemesin banget Jef, gimana Mas bisa tahan.

"Boleh, kamu mau beli segerobak dan mamang mamangnya juga Mas kasih."

Beberapa pengunjung yang juga menikmati batagor di sekeliling mereka menatap Johan dengan kaget.

Karena Johan yang cuman pakai kaus oblong, celana training, topi dibalik bak tukang becak dan sandal warna merah menyala yang terlihat seperti pengangguran itu bersuara seperti orang tajir. Johan sih ga peduli, lebih memilih memperhatikan Jefri makan dengan lahap batagor piring keduanya.

"Kamu udah ga marah sama saya?"

Jefri yang sedang asyik di dalam dunianya mengunyah batagor membuka matanya yang semula terpejam. Menatap Johan dengan kedua pipi menggembung penuh makanan dan bibirnya berlepotan saus kacang. Dengan pelan ia menelan makanan yang sempat dikunyah, menegakkan badan kemudian meletakkan sendok dan garpu di piring.

"Sebenernya aku ga marah sama Mas, cuman aku gasuka dipanggil gampangan. Aku bisa kok nonjok Mas, bisa nendang bahkan banting kalau Mas macem macem. Tapi aku ga setega itu aniaya anak orang apalagi Mas bayarin aku ini itu, nanti kalau aku bonyokin, Mas minta ganti rugi gimana?"

Dengan kedua alisnya bertaut, Jefri terlihat serius mengatakannya. Tapi sebenarnya ia tidak bisa menolak karena ia suka dengan Johan. Suka dengan perlakuan dia yang manis dan lembut, Jefri merasa disayangi. Tapi ga mungkin kan dia jujur tentang perasaannya pada Johan, gimana kalau Johan hanya memandangnya sebagai sugar baby saja? Pasti akan canggung ke depannya bila pria yang lebih tua tahu tentang perasaannya. Lagipula mana mungkin sih Johan mau dengan anak yang bahkan belum dua puluh satu, gaptek dan ketinggalan jaman seperti Jefri? Johan terlihat seperti pria yang lebih suka orang yang dewasa bukan Jefri yang masih belum terlalu matang, mana dia ga modal dan masih minta uang Johan.

Kepala mungilnya begitu penuh hingga tanpa sadar ia melamun memandangi gelas berisi es kelapa muda Johan yang tinggal separuh. Johan yang melihat Jefri memandangi gelasnya jadi salah paham, Jefri mau es kelapa muda juga kah? Bukannya tadi dia bilang ga terlalu suka?

"Tapi apa yang saya bilang juga keterlaluan....ga seharusnya saya bilang kamu seperti itu disaat saya yang suka memaksakan kehendak ke kamu. Mas minta maaf ya Jefri...."

Larung Asmara 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang