7. Waduh

4.1K 626 106
                                    

Jefri kira Johan adalah pria romantis yang cuek dan tajir ala ala novel romansa yang sering dibaca adiknya. Apalagi cowo yang hampir tiga puluh tahunan itu tipe orang yang elegan. Tapi ternyata.....

"Mas....kenapa kita kok ke pasar ikan?"

Jefri bingung, tidak habis fikir. Johan tadi bilang ingin mengajaknya kencan tapi bukannya tempat yang sering dikunjungi pasangan muda mudi yang mereka tuju malah Johan membawanya ke pinggir kota. Di pusat pelelangan ikan tepatnya. Yang disebut sedang sibuk menawar ikan pada salah satu pedagang. Dan yang lebih mengherankan Johan jago juga.

"Mau beli ikan."

Jawab Johan enteng, santai, kalem seperti bertanya tentang cuaca. Pandangannya tetap tertuju pada bapak penjual yang menggerutu soal orang kaya pelit. Ya kira kira, harga ikannya berapa Johan menawar berapa. Mana lebih galak yang beli dari yang jual.

"Nak, ini pacarnya?" Tanya si bapak tersenyum begitu ramah pada Jefri, Jefri membalas malu malu sambil menerima kantong berisi ikan yang disodorkan padanya.

"Iya pak. Kenapa? Manis ya?"

Si bapak nyengir sebelum mengangguk, memperhatikan Johan lalu Jefri bergantian sebelum menerima uang yang Johan acungkan.

"Kirain bukan. Kalau bukan mau bapak kenalkan anak bapak."

Johan memutar bola matanya mendengar itu sebelum setengah menyeret Jefri menjauh setelah menerima kembalian, sepenuhnya mengabaikan Jefri yang merengut sembari berusaha mengikuti langkahnya yang besar besar.

"Aduh mas piye to. Tadi katanya kencan tapi dibawanya ke pasar ikan. Mana nawarnya ga kira kira, kasian lah mas bapaknya, susah loh cari ikannya. Belum lagi bawa kesini dari laut terus-hmmmmm"

Jefri yang terus mengoceh bahkan tidak sadar bahwa Johan membawanya ke gang sempit di sela pasar, menghimpit pria yang lebih muda sebelum membungkam bibir sewarna persik yang tidak berhenti berbicara itu.

Gemas.

Sungguh Johan gemas.

Entah kenapa di sekeliling Jefri dia bahkan tidak bisa menahan dirinya. Bibir Jefri terasa manis, ia jadi candu namun tujuan awalnya memang agar si manis berhenti berceloteh.

"Kamu berisik banget sih."

Gerutunya setengah hati setelah melepaskan ciumannya. Mengusap bibir bawah Jefri dengan ibu jarinya lembut sebelum kembali menggandeng Jefri ke dalam pasar.

Jefri hanya bisa mengerjap, bibirnya terkatup dan terbuka persis seperti ikan di lapak yang terpampang sepanjang mereka berjalan. Wajahnya memerah seperti kepiting, tangannya gemetaran di genggaman Johan.

Kenapa mas Johan cium aku lagi...

Batinnya nelangsa. Tapi ia tak memungkiri bahwa ia menyukainya, ia suka sensasi bibir Johan yang hangat pada miliknya. Ia suka betapa lembutnya Johan memperlakukannya. Tapi di satu sisi, hati kecilnya menolak. Karena ini tak seharusnya terjadi. Mereka tidak memiliki hubungan yang nyata.

Tapi aku bisa apa....

Menyadari keterdiaman Jefri, Johan memelankan langkahnya. Menyamai langkah pria yang lebih pendek untuk memperhatikan Jefri yang menunduk. Senyuman terbit di wajahnya melihat telinga lucunya memerah.

"Kamu tau kenapa aku ajak kesini, Jef?"

"Eh?"

Pertanyaan Johan membuatnya mendongak, menatap ke arah yang lebih tua dengan kedua iris coklatnya berpendar dan pipi bulatnya merona.

Sial, Han. Tahan tahan, lu udah nyosor sekena lu tadi jangan lepas kendali.

"Saya pengen makan ikan. Kamu masakin nanti yah. Kita kencannya di rumah aja, hemat biaya."

Larung Asmara 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang