11. Hampir 🔞

6.5K 592 150
                                    

Warning : bila belum cukup umur skip aja ya, karena ini adegan tidak senonoh meskipun ga explicit 🔞

.

.

.

.

.

Johan tidak tahu pasti, tapi dia sangat sangat kesal setelah bertemu dengan Doni. Kepalanya seakan hendak meledak karna tergiang giang kalimat dari pria tersebut. Ketika sampai di apartemen pun ia segera menuju kamar Jefri.

Ingin memeluk erat Jefri.

Jefrinya.

Masa bodoh lah dengan pikirannya yang labil. Ia ingin sekali Jefri tahu bahwa ia cemburu.

"Jefri."

Panggilnya sedikit serak dan menatap dalam iris coklat bening milik pria manis yang tengah membelai wajahnya itu. Tangannya bergerilya di dalam selimut. Memperhatikan bagaimana pipi bulat putih itu mulai diwarnai oleh semu merah muda. Bulu matanya yang panjang setiap ia mengerjap, bibirnya yang dikulum dengan gemetar.

Sial. Ia jadi tidak tahan.

Johan diam diam merutuk di dalam hatinya, tangannya yang sampai pada tujuan segera meremas sepasang bongkahan bulat Jefri dengan gemas, pekikan kaget menjadi hadiahnya. Puas dengan reaksi yang diberikan Jefri. Tanpa memutuskan kontak mata, Johan membuka bibirnya. Melahap ibu jari si manis yang membelai bibirnya.

Menjilat dan mengulum jari tersebut dengan tetap mengunci pandangan mereka. Tangannya tak tinggal diam, mengusap naik hingga pinggul Jefri sebelum menariknya sedikit kuat hingga yang lebih muda berbaring sempurna di ranjang.

Jefri menatapnya dengan terbelalak, seluruh tubuhnya menegang takut. Segera menarik jarinya yang di kulum Johan untuk memeluk tubuhnya.

"M-mas..."

Panggilnya dengan gemetaran, beringsut menjauh sebisa mungkin ketika Johan menegakkan badan. Wajahnya sudah memerah padam hingga telinga, dengan gelagapan ia mencoba melindungi tubuhnya.

Gemas.

Johan tersenyum sebelum melepaskan kausnya. Melemparnya dengan asal lalu menyisir rambutnya sembari menghela nafas panjang.

Jefri mau tak mau melotot, bibirnya terbuka kecil dengan takjub melihat otot perut Johan yang tercetak sempurna.

"Mas itu pakai cetakan kue ya mas kok bisa kotak kotak?"

Johan melongo, sempet sempetnya Jefri bertanya dengan lugunya. Ia yang semula ketakutan pun hilang terganti dengan sorot penasaran berkilat di iris coklat Jefri. Tanpa malu bahkan pria manis itu memandangi perut Johan dengan lamat lamat, pandangannya berbinar bak anak kecil yang dibari permen.

"Kamu mau pegang?" Tanyanya beringsut mendekat dan mengungkung Jefri yang berbaring di bawahnya. Orang biasa mungkin akan panik dengan keadaan mereka saat ini. Tapi Jefri, si manis sobat karib Winanda itu malah mengangguk dengan antusias. Tangannya sudah mendarat di permukaan perut Johan. Jemarinya yang lentik menari nari menelusuri lekukan otot sempurna milik pria di atasnya dengan bibir sesekali menggumam kagum.

Johan sendiri memejamkan matanya, merasakan sentuhan panas jemari Jefri membuat seluruh tubuhnya meremang. Kedua tangannya yang semula meremat remat sprei memegang pinggang Jefri. Tangannya menelusup ke dalam kemeja Jefri untuk merasakan kulit halus yang sempat ia sentuh. Menikmati setiap tarikan nafas Jefri yang tersendat dan jemarinya yang gemetar di perut Johan begitu kulitnya yang putih tanpa noda disentuh dan diusap dengan memuja. Deru nafas Johan yang panas menerpa pipinya membuat Jefri menggigit bibirnya. Entah kenapa rasanya panas, seluruh tubuhnya panas. Sentuhan Johan pada kulitnya terasa terbakar.

Larung Asmara 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang