9. Suka

3.9K 606 141
                                    

Siapa bilang hanya Johan yang pusing dengan perasaanya, karena nyatanya Jefri yang paling gelisah.

Meskipun terlihat seneng seneng aja masih nyengir masih cengengesan, hatinya dilema dan resah. Apalagi sehabis Johan menciumnya semalam. Ciuman yang belum pernah Jefri rasakan selama hidupnya, yang hanya pernah ia baca di cerita cerita romansa. Harusnya ia tidak menikmatinya, di kala perjanjian yang dilontarkan Johan masih berputar putar mengelilingi pikirannya. Namun tidak ia pungkiri, Jefri menyukainya.

Johan lembut. Sangat lembut dan hati hati seolah Jefri adalah hal yang rapuh bila ia rengkuh. Bahkan hingga pagi menjelang, Jefri masih bisa merasakan hangat dan panasnya nafas Johan yang menerpa permukaan kulitnya kala itu. Manis dan lembutnya belah bibir seksi milik pemuda yang sembilan tahun lebih tua darinya tersebut. Gila, seluruh tubuhnya seketika menghangat, degup jantungnya mengencang dan Jefri segera menghela nafas panjang. Menggelengkan kepalanya kemudian menepuk nepuk kening agar bayangan ciuman mereka pergi dari kepalanya.

Tangannya kembali mengelap gelas gelas dengan telaten, memperhatikan rekan kerjanya yang tengah membersihkan meja setengah melamun. Fikirannya melalang buana hingga deheman seseorang mengagetkannya, membuatnya memekik lalu melemparkan kain lap yang ia gunakan pada pemilik suara.

"Eh?! Mas Doni?!"

Jefri segera mengambil lap yang bertengger di wajah atasannya dengan panik. Membungkuk dalam dengan kata kata maaf yang terus ia lantunkan. Doni sendiri mengerutkan keningnya sebelum mengusap kasar wajahnya.

"Kamu ngelamunin apa? Sampai dipanggil beberapa kali ga nyaut?" Tanyanya menepuk bahu Jefri untuk menghentikkan pria manis tersebut. Jefri menegakkan badannya sembari tersenyum malu malu. Pipi bulatnya merona seiring dengan munculnya dua lesung pipit yang mengintip disana.

"Engga ko Mas. Aku lagi mikirin tugas. Iya tugas."

Boong, orang dia lagi galauin Mas Johan. Ya tapi betul juga sih kalau tugasnya juga lagi banyak apalagi Winanda pelit banget kalau dimintain tolong pinjem punya dia buat referensi.

Doni agaknya terlihat tidak percaya dengan alasan dia namun tidak menanggapi. Memilih untuk melipat tangannya di dada dan bersandar pada meja kasir. Memperhatikan Jefri yang menata gelas dengan senyuman kecil.

Dari dulu karyawannya yang ini memang menarik perhatiannya. Berbeda dengan karyawan lain yang juga kebanyakan mahasiswa part time. Jefri yang paling manis. Bukan manis yang biasa, karena Jefri sendiri pria yang tinggi. Badannya juga cowo sekali. Bahunya memang tidak selebar miliknya, tapi dia tetap pria.

Namun sifatnya yang sederhana dan apa adanya membuatnya manis dengan natural. Ditambah dengan lesung pipit, kulitnya yang putih, pipinya yang bulat dan gemas juga senyuman yang bahkan bisa membuat siapapun luluh hatinya.

Tidak memungkiri kalau Doni sempat suka, tapi setelah tau bahwa Jefri ternyata diam diam kekasih dari rival masa SMAnya, harapan Doni sedikit pupus apalagi melihat Jefri sama sekali tidak memberitahunya apa apa. Padahal Jefri pernah bilang bahwa selain Winanda, ia juga adalah orang terdekatnya.

"Jefri, kamu sadar ga banyak banget yang suka kamu?"

Yang dipanggil mendongak dari kegiatannya menata gelas, kepalanya tanpa sadar miring sembari mengerjap bingung.

"Eh? Memang ada yang suka sama aku Mas? Aku yang katrok gini?"

Pertanyaan jujur dari Jefri membuatnya mengulum senyuman geli. Kenapa sih Jef kamu gemes sekali? Berdehem sedikit, Doni menegakkan tubuhnya. Memilin milin ujung kertas brosur di sampingnya.

"Ada. Banyak. Kamu aja yang engga peka."

Jawabannya tak terduga membuat Jefri menganga. Tampak sangat terkejut seperti ia baru saja diberitahu bahwa ayamnya yang di kampung bernama Jason, di sembelih untuk masak hajatan. Doni meremat remat ujung kemejanya sendiri menahan gemas. Tidak mungkin kan dia asal cubit pipi gembul itu? Doni masih tau diri sekiranya Jefri tidak nyaman ia sentuh sembarangan, tidak seperti Mas Mas yang satunya.

Larung Asmara 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang